PADANG – Vaksin sebagai pemicu komorbid adalah persepsi yang keliru di kalangan lanjut usia. Hal itu menyebabkan cakupan vaksinasi bekum sesuai harapan.
“Masih ada mispersepsi dari para lansia bahwa dikatakan umur mereka justru seharusnya tidak mendapatkan vaksin karena nanti efek sampingnya timbul lebih banyak,” kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi dalam Dialog Produktif Kabar Kamis dengan tema “Vaksin Untuk Semua Umur” yang diikuti dari YouTube KPCPEN, Kamis (21/10).
Nadia mengatakan vaksinasi pada lansia masih menjadi tantangan yang perlu segera diselesaikan, sebab dari total 21,5 juta sasaran vaksinasi pada lansia, saat ini baru 7,8 juta jiwa yang mendapatkan dosis pertama dan baru 4,9 juta jiwa yang mendapatkan dosis kedua.
“Artinya ini baru 33 persen yang mendapatkan perlindungan dari vaksinasi dosis pertama. Kalau dosis yang lengkap itu malah baru hanya 22 persen,” katanya.
Nadia mengatakan vaksinasi kepada lansia sudah dimulai sejak awal April 2021 sebagai kelompok yang masuk dalam skala prioritas.
“Prioritas vaksinasi kepada lansia yang kita tahu bahwa mereka ini memiliki tingkat karentanan yang sangat tinggi untuk kematian dan sakit yang berat. Untuk itu kita upayakan setelah tenaga kesehatan mereka berada pada tahap kedua bersama dengan petugas pemberi pelayanan publik,” katanya.
Faktor lainnya yang memicu pelambatan capaian vaksinasi kalangan lansia adalah pembentukan persepsi dari informasi terkait hoax. Salah satunya terkait komorbid yang tidak boleh divaksin.
“Padahal kita tahu orang yang punya komorbid itu justru yang harus diprioritaskan untuk vaksin,” katanya.
Ia menambahkan, situasi pandemi yang kian surut saat ini hampir sama dengan kondisi saat awal COVID-19 melanda Indonesia pada kurun 2020.
“Kondisi saat ini sangat baik, artinya kalau kita lihat kematian itu sudah pada angka 48 jiwa, angka kasus konfirmasi itu kurang lebih 800 jiwa bahkan pernah sampai di angka 600 jiwa, jumlah orang yang dirawat baik itu diisolasi maupun di perawatan rumah sakit itu hanya sekitar 4.000 sampai 5.000 orang,” katanya
Kondisi yang tentunya baik ini merupakan kombinasi dari tiga hal yakni protokol kesehatan mulai dari melakukan rem mendadak untuk mengurangi mobilitas penduduk. (mat)