JAKARTA – PT Pertamina (Persero) meyakinkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa tidak mungkin meraup untung dengan menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Solar dengan harga saat ini Rp5.150 per liter.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, memang dalam formula penghitungan BBM ada margin yang ditetapkan. Hanya saja, jika harga minyak mentah mencapai USD60 per barel, maka tidak mungkin menjual Solar bersubsidi dengan harga Rp5.150 per liter.
“Jangan nanti miss leading, kalau formula ditetapkan ada margin, hari ini impor bagaimana mungkin (bisa untung). Impor saja sudah Rp6.700 per liter,” tuturnya, di ruang rapat Komisi VII, Jakarta, Senin (19/3/2018).
Meski demikian, Massa memastikan, bahwa sebagai perusahaan negara tetap tidak akan menolak menyediakan BBM penugasan. Untuk itu sampai saat Pertamina berupaya memenuhi kebutuhan 1,6 juta barel oil per day.
“Crude lokal 600.000, jadi impor produk dan crude 1 juta barel per day. Jadi clear dan jelas perhitungannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Pemasaran Pertamina Iskandar mengatakan, dengan subsidi tetap Rp500 per liter, formula 102.30 HIV plus margin Rp900 per liter. Setelah dikurangi subsidi mestinya harga Solar dijual Rp8.350 per liter.
“Saat ini berlaku Rp5.150 per liter, ini sudah termasuk Rp500. Masih ada selisih Rp3.200 per liter,” tuturnya. (*/aci)