Petani Ikan di Pasaman Barat Keluhkan Mahalnya Harga Pakan

Terlihat Hamparan kolam milik Sutam yang butuh perhatian pemerintah untuk pembesaran bibit ikan, di Lembah Binuang, Minggu (29/12). (arafat)

 

Pasaman Barat – Sutam 45, seorang petani ikan air tawar asal Nagari Lembah Binuang, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), mengungkapkan kesulitannya dalam mengembangkan usaha budidaya ikan yang telah digelutinya selama bertahun-tahun. Ia mengaku kewalahan, terutama karena mahalnya harga pakan yang menjadi kebutuhan utama dalam pembesaran bibit ikan.

“Saat ini saya hanya mampu mengisi kolam dengan bibit seadanya. Biaya pakan yang tinggi sangat membebani, sehingga usaha ini sulit berkembang maksimal,” kata Sutam saat ditemui, Sabtu (29/12).

Sutam memiliki tujuh kolam dengan ukuran bervariasi, mulai dari kapasitas 15.000 hingga 35.000 ekor bibit ikan. Namun, karena keterbatasan modal, kolam-kolam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk satu kolam berukuran dua belas meter kali dua puluh meter dengan isi 15.000 bibit ikan, setidaknya diperlukan 2 ton pakan hingga panen tiba.

“Kalau semua kolam saya bisa dimanfaatkan maksimal, hasilnya akan sangat memuaskan. Tapi untuk sekarang, modal adalah kendala utama,” jelas Sutam.

Di sisi lain, Sutam mengatakan bahwa pasar untuk ikan air tawar sebenarnya sangat menjanjikan. Setiap hari, masyarakat setempat, pemilik rumah makan, hingga pedagang pasar lokal menjadi pelanggannya. Namun, ia kerap kewalahan memenuhi permintaan karena keterbatasan produksi.

“Permintaan terus ada. Harga jual juga stabil di angka Rp30.000 per kilogram, tapi karena pasokan tidak mencukupi, banyak permintaan yang tidak bisa saya penuhi,” lanjutnya.

Sutam berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah maupun pemerintahan nagari setempat. Bantuan berupa bibit ikan atau subsidi pakan, menurutnya, akan sangat membantu meningkatkan kapasitas produksinya.

“Jika ada dukungan dari pemerintah, baik berupa bantuan modal, bibit, atau pakan, saya yakin hasilnya bisa jauh lebih baik. Kami, petani kecil, sangat membutuhkan perhatian seperti itu,” harap Sutam.

Sebagai petani ikan yang mengandalkan usaha mandiri, Sutam menegaskan potensi budidaya ikan air tawar di wilayahnya cukup besar. Dengan manajemen yang baik dan dukungan modal, ia optimistis mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian lokal.

“Kami ingin membuktikan bahwa budidaya ikan air tawar bisa menjadi usaha yang berkelanjutan dan menguntungkan, asal ada dukungan yang memadai,” ucap Sutam.

Pemerintah daerah diharapkan segera merespons keluhan petani, mengingat sektor perikanan merupakan salah satu potensi unggulan Kabupaten Pasaman Barat. Bantuan konkret dinilai mampu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan para petani ikan di wilayah tersebut. (arafat)