Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pasaman ada kotak kosong. Di balik kotak kosong, ada kisah kegigihan mantan TNI aktif yang gagal sebelum perang. Kisah teramat penuh perjuangan. Nanti dulu kita bahas kisah kesatria yang kalah sebelum perang ini.
Di samping kotak kosong, ada pasangan Benny Utama dan Sabar AS. Dua tokoh kuat yang berduet untuk Pasaman lebih baik. Saking kuatnya, mereka diusung 29 kursi dari delapan partai yang ada di DPRD Pasaman. Ini membuat pasangan lain tidak memenuhi persyaratan untuk bisa mendaftar ke KPU, karena kesatria mantan TNI di atas tadi, Atos Pratama yang gigih untuk meraih BA 1 D, hanya mendapat lima kursi dari partai Gerindra, sementara persyaratannya harus tujuh kusri baru bisa mendaftar di KPU. Teramat pilu.
Balik lagi pada sosok Benny dan Sabar. Melawan kotak kosong, bukanlah hal yang mudah. Bila lengah, bisa kalah, sebab semua bisa terjadi. Kisi-kisi perhitungan harus matang, jangan sampai separo, karena hasilnya tak kan seenak telur ayam separo matang.
Perihal perhitungan ini, sudah pasti bakal dilakukan sekuat kemampuan oleh tim dan partai pendukung kedua tokoh ini. Di sana ada Golkar partai terkuat sepanjang masa di Pasaman, PKS sang partai pemenang Pileg 2019, Demokrat partainya Sabar, Nasdem partai yang pernah dipimpin Bupati Pasaman, Yusuf Lubis. Belum lagi ada PAN, PPP, PKB hingga PDI.
Bila perhitungan matang, sudah pasti menang. Karena memang fraksi-fraksi di DPRD Pasaman dan masyarakat menginginkan Pasaman dipimpin pemimpin yang tepat. Bila menang, lain hal juga. Benny dan Sabar harus memperbaiki Pasaman dulu. Tidak cukup satu tahun, sebab Pasaman dalam keadaan jalan di tempat. Korupsi semakin menjadi-jadi, APBD mengecil lantaran serapan tiap tahun semakin rendah, belum lagi masalah-masalah lainnya. Komplek sudah, tidak satu dua yang harus diperbaiki Benny – Sabar bila menang, pokoknya ada sudut di Pasaman ini, semua butuh diperbaiki.
Berbicara memperbaiki, Benny Utama adalah ahlinya. Sebagai tokoh yang dijuluki bapak pembangunan waktu eranya memimpin Pasaman pada periode 2010 dan 2015 sudah teruji. Apalagi, kini ada Sabar AS mendampinginya, tokoh kelahiran Utaranya Pasaman, tentu bisa mendampingi Benny dengan baik. Perihal besarnya Benny dan Sabar, tanya saja ke mbah google, di sana ada informasi tentang semuanya, terutama keberhasilan tokoh ini dalam membangun dan berpetualang dalam kancah politik.
Balik lagi pada kisah sosok di belakang kotak kosong ini, Atos Pratama. Kisah tokoh ini seperti menonton film telanovela sembari kita meminum kopi pahit. Ending yang tak sesuai harapan bercampur pahitnya kopi yang membuat mata terbelalak hingga pagi untuk menganang kisa telanovela tadi.
Atos adalah lelaki hebat. Dengan embel-embel saatnya milenial tampil, berjuang atau semacamnya ketika menyatakan sikap untuk maju di Pilkada Pasaman, ternyata tak sesuai harapan mantan anggota TNI itu. Ia kalah sebelum perang. Banyak harapan yang kandas, terutama para tim dan milenial yang ingin Atos tampil.
Mengapa, Atos bisa kalah sebelum tampil? Ada dua kemungkinan jawabannya. Pertama, dari segi politis dan persyaratan untuk mendaftar ke KPU ia tak memnuhi syarat. Itu adminitrasinya. Alasan lain? Tentu ada. Atos Pratama belum lincah berselancar di dunia politik, ia tak mampu menarik simpatik partai. Maju sebagai bakal calon tak sekedar yel-yel basamo mangko kajadi atau selogan ilegal loging no batu akik yes. Butuh lobi loyalitas dan ketokohan yang kuat.
Saat menjadi Wakil Bupati Pasaman, Atos Pratama kurang lincah. Ia tersandung di batu kecil. Ketokohannya rusak. Sentilan-sentilan dengan cuapan anggota TNInya membekas buruk di hati masyarakat badarai. Belum lagi ditambah masalah lain yang terjadi.
Penulis masih ingat, kala itu penulis membaca berita, Atos Pratama dipanggil menjadi saksi dugaan korupsi. Belum lagi berita, Atos Pratama tidak diikutcampurkan oleh bupati saat merotasi dan memutasi pejabat yang berakhir dengan cipika-cipiki ia dan bupati Yusuf saat apel bersama hari Senin. Masyarakat menilai Atos Pratama korban politik kekuasaan tapi ini juga menjadi cap buruk bagaimana kepemimpinan masanya bersama bupati. Belum lagi ada kisah beberapa ASN yang disuruh PBB dan berlari kecil karena kesalahan kecil mereka saat apel. Padahal, ASN tersebut sudah ada yang berumur, lebih tua dari pada Atos Pratama. Masyarakat tidak melihat berapa besar kesalahan ASN tersebut, yang muncul hanyalah rasa iba dan berakhir dengan capan teganya Atos Pratama berbuat begitu.
Buruk semua tentang Atos Pratama, tidak juga. Ada sisi hebatnya. Berkat kegigihannya, ia berhasil membangun rumah dinasnya yang megah. Rumah dinas ini dibangun di atas tanah asetnya Pemrov Sumbar. Berkat kegigihan Atos, aset ini bisa dimiliki Pemkab Pasaman dengan berbagai persyaratan dan akhirnya bisa dibangun rumah dinas Wakil Bupati Pasaman. Menjadi kisah tersendiri nantinya ketika ada pertanyaan, di masa siapa rumah Wakil Bupati Pasaman dibangun.
Cuman itu, tidak juga. Masih ada kehebatan lainnya. Saat Atos Pratama mengambil untuk mewakili Pemkab Pasaman dalam beberapa penghargaan dan memimpin PMI yang menjadi salah satu organisasi kemanusiaan terdepan dalam membasi corona. Pokoknya kehebatan Atos Pratama banyak, hanya tidak terpantau saja oleh kalayak umum. serta, nasibnya saja yang juga kurang berjalan mulus. Kata para quoters, Tuhan tidak akan memberi apa yang kita minta, namun Ia akan memberi apa yang dibutuhkan. Mungkin saat ini itulah yang dibutuhkan dan terbaik untuk Atos Pratama.
Oleh : Chandra Firman Hura, Alumni FBS, UNP