Melihat fenomena Pilgub Sumbar dan partai politik yang bakal mengusung calon saat ini, PKS mesti mempertimbangkan kepentingan Sumbar untuk jangka panjang.
Karena melihat hasil survey dari PKS saat ini, ada dua kandidat gubernur Sumbar yang sangat mencolok serta cukup dikenal dan punya masa.
Mahyeldi atau biasa dipanggil Buya, memiliki cukup tinggi hasil surveynya. Dan Riza Falepi yang merupakan Walikota Payakumbuh memiliki banyak prestasi, juga memiliki elektabilitas yang terus menanjak setiap waktu.
Meski belum bisa melewati hasil survey Mahyeldi, namun trend positif ditunjukan dengan makin naiknya hasil surveinya. Kalau dianalisa, pemilih PKS relatif solid maka salah satu yang ditunjuk partai ini diperkirakan akan bisa memenangkan kostelasi Pilgub.
Hal itu disebabkan sebagian besar suara yang lain, akan pindah pada yang ditunjuk partai. Jadi, baik Mahyeldi maupun Riza Falepi, memiliki peluang menang jika dijumlahkan survey suaranya.
Pada kondisi inilah PKS harus memilih dengan bijak. Bijak dalam artian bahwa apakah PKS mementingkan kepentingan sekedar menang saja atau PKS ingin memenangkan rakyat Sumbar. Kalau sekedar menang, cukup PKS memilih dengan elektabilitas tinggi dan tidak perlu menimbang semua sisi.
Jelas keduanya berpeluang menang dengan alasan di atas. Tinggal bagaimana menimbang plus minus keduanya. Disinilah seninya mengelola perbedaan.
Sekaligus memberikan pemimpin yang mumpuni bagi rakyat Sumbar kedepannya. Karena sudah cukup lama rakyat Sumbar memerlukan pemimpin pekerja, yang bisa menaikkan kesejahteraan dan pendapatan ke level yang lebih tinggi. Semuanya merindukan itu, tapi sering malu-malu dalam mengungkapnya.
Beberapa hari yang lalu, ada pembicaraan hangat. Dan juga telah keluar tulisan komentarnya di Harian Singgalang, dua kali berturut-turut. Bahwa dicari gubernur yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi 7 persen. Ini artinya, calon gubernur harus memaksimalkan potensi yang ada. Secara kasat mata dibutuhkan gubernur yang dekat dengan investor atau bahasa lainnya memiliki akses pada sumber keuangan global.
Kita tidak pernah atau belum pernah merasakan pertumbuhan seperti Jepang, Korea, Taiwan dan Cina saat ini. Jangankan itu, bahkan seperti Malaysia atau Thailand saja tidak.
Sebuah ironi, tapi orang Sumbar seperti tak acuh dan sudah terbiasa. Sudah biasa bersama pemimpin yang bekerja biasa-biasa saja. Dan saking lupanya akan kebutuhan pemimpin yang bagus, maka akibatnya masyarakat sangat toleran dengan hadirnya pemimpin yang biasa-biasa saja.
Oleh karena itu, persoalan di atas harus bisa dijawab oleh PKS. Agar mampu memberikan arah yang jelas bagi kesejahteraan masyarakat. Slogan sejahtera sebenarnya sebuah cita-cita mulia, tapi kalau kita tanyakan pada sebagian kader PKS bagaimana mewujudkannya, jawaban kebanyakan masih kabur bagi kita yang awam untuk memahaminya.