PON XXI ACEH-SUMUT : Cuaca Buruk Pupus sudah Medali Emas dari Cabor Paralayang dan Gantole Sumbar

ACEH – Pupus harapan Sumbar menambah koleksi medali emas dari cabor andalannya di FASI (Federasi Aerosport Seluruh Indonesia) melalui disiplin Gantole dan Paralayang, di hari terakhir event PON XXI 2024, Kamis (19/9).

Dari Bandara Rembele Kabupaten Bener Meriah, pilot andalan Sumbar NSR Yalatif gagal menyamai capaian point terbaiknya di Semifinal Nomor Durasi Klas A kala menyingkirkan pilot tuan rumah, Budi.

Kala itu, Latif mampu meraih point sempurna, 1.000. Sementara lawannya, Budi cuma meraih poin 449. Di partai puncak, Latif harus puas dengan point 544 saja di tengah cuaca yang tak menentu di Bener Meriah.

Ia harus mengakui keunggulan pilot asal Jatim, Mustopa. Di partai final itu, Mustopa meraih poin serupa, 1.000 saat ia mengalahkan kompatriotnya sesama Jatim, Muhid.

Hasil ini mengantarkan Mustopa meraih medali emas, dan Latif berhak atas medali perak. Di tempat ketiga ada pilot tuan rumah, Budi yang menyisihkan pilot Jatim, Muhid. Dari capaian ini, Budi menggondol perunggu.

Manager tim Sumbar untuk disiplin Gantole, Kapt. Hari mengakui kondisi cuaca di sekitar Bandara Rembele sangat tak menentu dan kerap membuat perlombaan urung dipertandingkan.

“Setidaknya, ada 4 hari cuaca buruk sehingga pilot-pilot kita gagal. Belum lagi hembusan angin membuat pilot kita tak bisa berbuat banyak,” kata Perwira TNI AU Lanud St. Sjahrir ini.

Kendati demikian, Hari mengaku tetap bersyukur dengan raihan yang dicapai Sumbar di nomor ini. Menurutnya, prestasi kali ini pertama kali diraih pilot Sumbar untuk kelas Durasi Klas A selama nomor ini dipertandingkan di PON.

Sementara itu, pada disiplin Paralayang yang dilangsungkan di kawasan Taman Rusa, Kabupaten Aceh Besar, di hari terakhir harus puas dengan medali perak dari nomor KTM (ketepatan mendarat) beregu putra.

Di nomor ini, menurut Manajer tim Lettu (Tek) Jacky Purnomo, Sumbar masih punya kans meraih medali emas. Sayangnya di hari terakhir pertandingan Kamis kemarin, para pilot yang bertanding tak bisa terbang karena faktor Tail Wind.

“Karena semua kontingen tak bertanding, hasil pertandingan sebelum lah yang jadi patokan penentuan medali, di mana tim beregu kita sudah bertengger di posisi kedua,” katanya.

Lebih jauh ia mengatakan, perlombaan di paralayang ini, terutama di nomor KTM beregu putra dipertandingkan 6 kali, (6 sortie). Namun karena cuaca yang memang buruk selama sepekan terakhir, hanya sekali saja bertanding.