Pondok Shanghai Yummy Ramai Pengunjung

PULAU PUNJUNG – Dari kejauhan, di persimpangan lampu merah Nagari Sikabau, kecamatan Pulau Punjung Dharmasraya, tampak pondok bercat putih berukuran sedang. Persis di pojok sebelah kanan bangunan ruko berlantai dua pasnya di pinggir jalan lintas Sumatera. Pondok Shanghai Yummy namanya, terbuat dari kayu api yang belum dibelah.

Ketika dihampiri, tampak jelas bangunannya sederhana, tapi bergaya klasik unik dan menarik kesukaan muda mudi nyantai sambil minum jus buah. Lantainya terbuat dari kayu, begitu juga dengan tiangnya , warna catnya putih, seputih hati empat pelayan wanitanya yang mengenakan seragam, sembari berhijab.

Yang lebih menariknya atapterbuat dari daun nyiur (kelapa) yang sudah dikeringkan, kemudian dianyam dengan rapat agar tidak bocor terkena air hujan. Hiasan dalamnya penuh pernak pernik bak seperti lampu hias kota metro politan. Kursi berikut meja juga berwarna putih pokoknya serba putih bak seperti ayam boiler.

Para pelayannya ramah. Anda bisa pesan apa saja, es shanghai, jus alpokat, timun, mangga, naga, jeruk , sirsak ada. Sembari memberikan senyum, sapa untuk merogoh kocek pembeli yang datang silih berganti dari berbagai daera.

Spesifiknya ayam geprek hanya Rp15 rib. Rasa sambal cabainya gurih dan enak, mengundang selera. Sedangkan jus yang favorit di pondok ini yakni es shanghai seharga Rp15 ribu, pakai durian, es krim dan potongan buah buah buahan. Rasanya gurih dan enak serba terasa di lidah.

Tak heran bila kedai itu, dikerumuni banyak pelanggan dari berbagai kalangan mulai dari anak muda milenial, pegawai dan ada juga pengusaha singgah di pondok Shanghai Yummy. Untuk memesan makanan ataupun minuman di atas meja sudah ada tersedia kertas bertulis menu apa yang mau dipesan , pokoknya tinggal pilih langsung dipesan kepada pelayan.

Begitu benarlah pondok Shanghai yang satu ini, milik Mahdalena, yang berasal dari Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung.

Istri dari Alizar Chan ini, kreatif dan inovatif dalam mewujudkan impiannya untuk membuat makanan yang disukai warga Dharmasraya. Karena, kegigihannya itu, ” Alhamdulillah” ia berhasil dan sukses menjalankan bisnis ini.

Diakui Mahdalena yang akrap sapa Len itu, katanya sejak berbisnis ini, tak kurang dari Rp3 juta – Rp5 juta per hari dan ini hasil dari penjualan. “Tapi, jika kondisi hari hujan memang jual beli agak menyusut atau kurang dari pada biasanya lantaran cuaca tidak mendukung,” sebut pak Chan.

Apalagi sekarang ini, tengah musim buah-buahan, jadi masyarakat lebih cenderung memilih membeli buah buahan ketimbang membeli jus buah. (fery)