Dokter Hasto mengatakan, di bulan April ini BKKBN mendorong agar data penimbangan yang dilakukan di posyandu sudah mendekati 100 persen. Selanjutnya, data tersebut akan diinput juga ke Kementerian Kesehatan untuk diketahui Menteri Kesehatan. Ditargetkan bulan Mei mendatang sudah ada data masukan, dan harapannya cakupannya lebih dari 95 persen.
“Fenomena kesehatan itu kalau tidak ada bencana alam tidak akan berubah total. Contoh, kemarin (tahun 2022) penurunan prevalensi stunting 2,8 persen. Di 2023, sesuai SKI turun 0,5 persen. Kalau engga ada bencana mestinya tidak akan terjadi. Ini karena yang dinilai manusianya, populasi Indonesia sama, sasarannya juga sama, lokasinya juga sama, cara menilainya juga sama, alat ukurnya juga sama. Oleh karena itu, itulah pentingnya dilakukan verval,” urai dokter Hasto.
Terkait viralnya anak usia 7 tahun di Madura (Jawa Timur) yang sudah ditunangkan oleh orangtuanya, menurut dokter Hasto, BKKBN akan melakukan sosialisasi kepada keluarga tersebut.
“Sosialisasi juga kami lakukan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat supaya ini tidak dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa,” tandas dokter Hasto.
Sangat menyayangkan kejadian itu, dokter Hasto mengingatkan bahwa perempuan yang di usia delapan tahun atau kurang sudah menstruasi, pertumbuhannya akan terganggu dan dia harus ditreatment oleh dokter supaya menstruasinya sedikit ditunda. (Hendri)