PARIAMAN – Setelah maambiak tanah di batang aie dalam event Pesta Budaya Tabuik Pariaman, prosesi selanjutnya adalah manambang batang pisang .Prosesi ini dilakukan di hari kelima Muharram, yakni Sabtu (15/9). Karena Tabuik yang akan di hoyak di hari “H” nanti terdiri dari dua buah, yakni Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang, tentunya lokasi maambiak tanah dan manambang batang pisang dilakukan di lokasi berbeda.
Dalam prosesi manabang batang pisang, untuk Tabuik Subarang di lakukan di Kelurahan Lohong, sedang Tabuik Pasa melakukannya di Simpang Alai Gelombang. Untuk prosesi ini di mulai sekira pukul 17.00 sampai 21.00 WIB.
Menjelang menuju lokasi manambang batang pisang, kedua anak tabuik didampingi orang tuo tabuik dan Ketua Pelaksana dengan diiringi tambua tassa berjalan menuju lokasi.
Setiba di lokasi, sebelum di lakukan penebangan dengan pedang, terlebih dahuludiikuti dengan ritualnya, yakni dengan membakar sabut dan kemeyan. Pedang tersebut diasapi. Selanjutnya pedang tersebut diserahkan kepada yang melakukan penebangan.
Hasil tebangan ini, dibawa ke daraga. Karena lokasi manambang batang pisang berjauhan, dalam perjalanan menuju daraga masing-masing bertemu. Lokasi bertemunya di Simpang Tugu Tabuik. Inilah momen yang ditunggu-tunggu. Karena ketika kedua anak tabuik bertemu, bunyi tambua tasa saling saut menyaut dan bisa membangkit semangat. Untuk menghindari hal tak di ingini di lokasi tersebut telah stand by pihak keamanan ykani Polisi, TNI, dan satpol PP.
Ketua Panitia pelaksana tabuik Subarang Husni Tamrin mengatakan, prosesi manabang batang pisang, tentu mengandung arti dan makna. Batang pisang itu di pancung, hal ini melambangkan, dimana dulunya cucu Nabi Muhamad SAW, Hasan dan Hosen di pancung lehernya dan dibawa ke Padang Kerbala.
Terkait pedang yang di gunakan mengeksekusi, kata Husni Tamrin merupakan pedang pusako orang tuanya dan telah berusia puluhan tahun. (agus)