oleh : M.Khudri
Mengapa puasa itu kebiasan para nabi? Karena semua nabi melaksanakan ibadah puasa. Kita umat Islam yang beriman sudah hafal surah Alqabarah ayat 183, ” Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Jadi perintah puasa itu sudah ada untuk orang-orang beragama samawi sejak dahulu kala, perintah itu dilaksanakan oleh nabi-nabi terdahulu.
Sebelum perintah Allah kepada umat Islam melalui Rasulullah Muhammad Salallahuwa’alaisalam di kalangan orang Arab Quraisy sudah ada kebiasaan puasa yakni puasa Asyyura (10 Muharram), sebagai warisan puasa Nabi Adam ketika bertemu dengan isterinya Hawa di Arafah, setelah keduanya dilempar Allah dari surga.
Rasulullah menganjurkan puasa Assyura itu kepada pengikut beliau terutama setelah Hijrah ke Madinah sepuluh tahun setelah kenabian beliau. Dua tahun berada di Madinah, disaat pecah perang Badar, turunlah perintah puasa itu sebagaimana yang diabadikan dalam QS Albaqarah ayat 183 itu. Sejak itu umat Islam berpuasa setiap Ramadan sebagai salah satu rukun Islam selain syahadat, salat lima waktu, hajji dan zakat.
Selain Nabi Adam ‘Alaihissalam, nabi lain telah melaksanakan ibadah puasa ini. Rasulullah menceritakan melalui hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah. Nabi Nuh berpuasa selama setahun di atas kapalnya yang terombang ambing di ayun gelombang banjir besar.
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang namanya kita sebut empat kali waktu tahyat akhir dalam salat sedang berpuasa ketika akan dibakar oleh Raja Namruz. Nabi Ibrahim Nabi Allah peletak dasar agama Islam yang juga bapak bangsa Arab dan Yahudi itu tak mempan dipanggang api kayu bakar yang menggunung di depan arena istana raja zalim Namruz yang mati dipantak nyamuk yang masuk ke otaknya melalui lubang telinganya yang besar itu.
Nabi Musa ‘Alaihissalam yang ingin mamandang wajah Allah di Bukit Tursina berpuasa selama 40, walaupun beliau tak mampu memandang wajah Allah, karena melihat cahaya Malaikat Jibril saja Nabi Allah Musa sudah pingsan.
Begitu juga Nabi Yusuf ‘Alaihissalam beliau berpuasa dalam tahanan setelah mendapat fitnah dari seorang isteri pejabat dengan menyebar berita hoax, bahwa Nabi Yusuf akan memperkosa dia, padahal dialah yang “merenggut” Yusuf yang ganteng sangat.
Nabi Yunus ‘Alaihissalam berpuasa dalam perut ikan Paus, Nabi Syu’aib yang jadi mertua Nabi Musa secara rutin juga berpuasa. Nabi Ayub dalam keadaan sakit lepra yang tak terperi juga berpuasa sambil terus-menerus bermunajat kepada Allah.
Yang berpuasa secara teratur adalah Nabi Daud ‘Alaihissalam yakni berpuasa berganti hari atau sehari puasa sehari tidak, selang seling. Sebagian umat sekarang melanjutkan syari’at Nabi Daud yang menjadi raja yang dilanjutkan oleh anaknya Nabi yang pandai semua bahasa yakni Sulaiman ‘Alaihissalam.
Menjelang datangnya nabi Isa yang oleh kaum Nasrani mereka panggil Yesus, masyarakat Yerussalem diperintahkan berpuasa pada bulan ke sembilan (Yeremia 36:9). Bulan kesembilan ini dalam penanggalan Hijriah adalah bulan Ramadan. Yesus sebagaimana yang ditulis dalam (Matius 3: 1-2) meneruskan puasa bulan kesembilan ini.
Itulah penjelasan historis QS Albaqarah 183 itu, puasa itu telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu. Kita yang hidup diakhir zaman ini berkewajiban melanjutkan kebiasan itu untuk menjamin keberlangsungan sejarah puasa tanpa mengecilkan arti puasa umat umat beragama non samawi yang juganpunya puasa dengan cara mereka masing-masing
Karena puasa adalah kebiasaan Nabi Nabi, dimana para Nabi adalah manusia pilihan Allah yang telah mencapai derajat taqwa yang sempurna, maka Allah berharap dengan kita patuhi perintah Nya berpuasa maka kita menjadi orang-orang yang bertakwa. (*)