Pupuk Indonesia Kembangkan Industri Petrokimia, Dukung Ketahanan Pangan

Asam sulfat untuk industri pupuk, pangan, pembersih, pertambangan, dan sebagainya. Asam fosfat untuk industri pupuk, kimia, pangan, dan sebagainya.

Aluminium Flouride untuk industri peleburan atau smelter aluminium. CO2 cair dan Dry Ice untuk industri pengawet, pendingin, dan eksrim.

Asam Klorida untuk industri pembersih, pangan, dan kimia. Sedangkan Katalis menjadi produk katalis dalam berbagai proses produksi industri. Soda ash untuk industri kaca, keramik, deterjen, dan sebagainya.

Methanol untuk industri minyak, gas, dan bahan bakar. Serta Ammonium Nitrat untuk industri pupuk dan bahan baku peledak.

Pengembangan bisnis kimia ini tentunya mendapat sambutan baik dari pemerintah dan masyarakat. Karena berpeluang untuk membuka banyak lapangan tenaga kerja, dan mengurangi ketergantungan impor nasional terhadap produk kimia.

“Juga membangkitkan perekonomian masyarakat di sekitar industri, berkontribusi terhadap pendapatan negara dan daerah, serta berbagai peluang ekonomis lainnya,” ungkapnya.

Sementara usaha Pupuk Indonesia dalam mendukung ketahanan pangan, juga sudah tak usah diragukan lagi. Sebagai salah satu perusahaan penyedia pupuk terbesar di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara, Pupuk Indonesia memiliki peran strategis dalam meningkatkan produktivitas pertanian, melalui penyediaan pupuk dan pelayanan kepada petani.

“Terlebih di tengah ancaman krisis pangan global, akibat dinamika geopolitik dunia, hingga perubahan iklim. Saat ini perhatian kami adalah menjaga ketersediaan dan keterjangkauan pupuk untuk petani,” ungkap Wijaya Laksana.

Untuk menjaga ketersediaan dan keterjangkauan tersebut, maka Pupuk Indonesia berkomitmen untuk menjaga stok pupuk bersubsidi, sesuai alokasi atau penugasan dari pemerintah.

Selain itu, Pupuk Indonesia juga berupaya meningkatkan ketersediaan pupuk non-subsidi di berbagai daerah, dengan harga yang kompetitif.
Perusahaan juga terus bertransformasi untuk menjadi Perusahaan yang lebih berorientasi pada pelanggan. Misalnya melalui program Makmur, yaitu ekosistem pertanian yang memberikan bimbingan secara lengkap kepada petani untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari usaha tani.
“Kemudian program kios komersil dengan mengoptimalkan kios eksisting, hingga pada pengembangan kios-kios komersial yang baru di berbagai sentra pertanian dan perkebunan,” tuturnya.

Upaya untuk menjaga ketersediaan dan keterjangkauan, juga dilakukan dengan menerapkan digitalisasi dalam distribusi. Mulai dari gudang produsen, pelabuhan, distribution center, gudang provinsi, gudang kabupaten, hingga distributor dan kios.