Padang  

Rumah bagi Milenial, Bukan Angan-angan

Ilustrasi. (BTNproperti.co.id)

Oleh Eriandi

Bicara tentang generasi milenial, tak bisa dipisahkan dari gawai dan kegandrungannya eksis di media sosial. Konsekuensinya, pengeluaran yang habis untuk gaya hidup seperti nongkrong di kafe-kafe, travelling ke tempat-tempat yang saat ini diistilahkan sebagai instagrammable, mengikuti mode seperti yang dipromosikan para influencer dan lain-lain. Selain itu, apa-apanya perlu diunggah ke media sosial, dengan menjadi yang pertama dan selalu mengikuti tren.

Media sosial juga bisa membuat orang, terutama generasi milenial, boros dan belanja di luar kebutuhan karena takut kehilangan tren, barang, atau pengalaman baru terhadap satu hal. Ditambah pengeluaran kecil tapi rutin yang bisa menjadi besar, seperti biaya transfer antar bank, top-up uang elektronik, belanja pulsa, cemilan dan lain-lain. Padahal, jika para milenial bijak menggunakan gawai dan media sosial, mereka juga bisa belajar dan mengambil sisi positifnya.

Salah satunya inspirasi dari para youtuber dan influencer muda yang telah memiliki rumah mewah. Seperti halnya Ria Ricis yang telah membeli sebuah rumah mewah di kawasan Kebagusan, Jakarta akhir Desember 2018 lalu. Rumah yang ditaksir seharga Rp10 miliar itu bagi Ria Ricis adalah rumah impiannya sejak dulu. Memiliki dua lantai, rumah youtuber itu juga dilengkapi fasilitas kolam renang dan fitnes. Nah, siapa para generasi milenial dan Z yang tak ngiler dengan capaian Ricis itu?

Ria Ricis mungkin memang tak berat membeli rumah mewah mengingat pendapatannya yang juga miliaran rupiah per bulan. Namun, bukan berarti para milenial lainnya tak bisa memiliki hunian. Asalkan sudah ada pendapatan tetap dan realistis dengan rumah yang akan dibeli, tentu memiliki rumah bukan hanya sebuah angan-angan. Bukankah akan lebih baik jika kita memiliki dan tinggal di rumah sendiri? Yang penting adalah mengubah mindset tentang kepemilikan rumah, mau mengurangi gaya hidup hedonis dan bisa mengatur pengeluaran dengan lebih baik. Jangan sampai ingin eksis, tapi kantong jadi kempis.

Tak zamannya lagi berpikiran bahwa memiliki rumah adalah urusan nanti setelah menikah atau setelah kondisi keuangan sangat mapan. Justru setelah menikah, pengeluaran akan lebih banyak lagi seiring dengan kebutuhan keluarga, anak, kendaraan dan lain-lain. Menunggu hingga benar-benar menjadi mapan pun bukan langkah tepat, karena entah berapa tahun lagi posisi benar-benar mapan itu akan tercapai. Lagipula, harga rumah akan terus meningkat. Jika tak nekat untuk mengambil rumah sedari muda, harga rumah akan semakin sulit dijangkau. Lahan perumahan yang makin sempit dan penduduk yang makin padat akan membuat harga tanah semakin tinggi nilainya.

Potensi Milenial

Generasi milenial adalah pasar potensial bagi dunia industri, termasuk perbankan. Apalagi tahun 2020 ini merupakan tahun dimulainya bonus demografi dimana generasi milenial yang berada pada rentang usia 20 hingga 40 tahun mendominasi dari sisi jumlah. Menurut Susenas 2017, jumlah generasi milenial mencapai 88 juta jiwa atau 33,75 persen dari total penduduk Indonesia. Proporsi tersebut lebih besar dari proporsi generasi sebelumnya seperti generasi X yang hanya 25,74 persen ataupun generasi baby boom plus veteran sebanyak 11,27 persen. Begitu pula jumlah generasi Z yang baru mencapai sekitar 29,23 persen.

Dari profil generasi milenial yang dikeluarkan Kementerian PPPA tahun 2018, persentase generasi milenial di perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Ada sekitar 55 persen generasi milenial yang tinggal di daerah perkotaan, mengikuti pola penduduk Indonesia yang mulai bergeser dari masyarakat perdesaan (rural) ke masyarakat perkotaan (urban). Pergeseran itu pula yang membuat bergesernya nilai-nilai seperti dari komunal menjadi individualis, sederhana menjadi konsumtif, dan pola pikir konservatif menjadi lebih terbuka dan modern.

Di sisi lain, banyaknya milenial di perkotaan tentu membuat pasar perumahan semakin besar. Karena, kebutuhan rumah di perdesaan tak sebesar di perkotaan mengingat sistem kekerabatan di perdesaan yang lebih kental sehingga dalam satu rumah bisa dihuni oleh lebih dari satu keluarga.

Namun masalahnya, potensi milenial belum tergarap dengan baik. Berdasarkan riset yang dilakukan salah satu media online, kompas.com pada April 2017 lalu dengan jumlah 300 responden generasi milenial yang tinggal di tujuh kota besar, hanya 39 persen generasi milenial dengan rentang usia 25-35 tahun yang memiliki hunian. Sisanya, 61 persen belum punya tempat tinggal. Keterbatasan penghasilan menjadi penghalang utama kesulitan pembelian rumah karena telah lebih dulu dibebani cicilan lain, seperti mobil atau motor. Kesulitan lainnya adalah milenial juga memiliki kebutuhan lain, yakni untuk jalan-jalan atau plesiran.

Mengubah Mindset