Kenapa hampir semua merek rumah makan padang di perantauan hurufnya melengkung-lengkung seperti atap rumah gadang? Adalah Delsy Syamsumar (7 Mei 1935- 21 Juni 2001) seorang pelukis perantau asal Sungai Pua, Agam. Pelukis terkenal ini, pada 1968 dimintai jasanya untuk membuat stempel Mingguan Singgalang (sekarang harian), saat izin terbitnya sedang diurus di Jakarta. Makai a buatlah stempel dengan huruf-huruf SINGGALANG seperti rumah gadang. Koran Singgalang waktu itu diedarkan juga ke rantau. Maka logo Koran itu kemudian ditiru untuk mereka rumah makan. Kenapa bagonjong? Untuk harga diri, sehabis PRRI.
Di rumah makan yang hurufnya bagonjong itulah randang dijual oleh orang Minang, yang bungkus nasinya besar-besar, dengan asumsi, “manatahu di rumah nasi sebungkus dimakan anak-beranak,” jadi isinya banyak, sebab nasi ditambah, juga ada “sebeng” di dalamnya. Bukankah dulu, waktu awak pergi merantau, sering terlambat makan?
Kisah randang dan nasi bungkus itu terajunya ke rumah ibu kami di nagari-nagari. (*)