Sawahlunto — Usaha pertambangan batu bara adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Oleh karena itu, langkah antisipasi harus dilakukan sejak dini. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Perindustrian, dan Perdagangan (Perindagkop) Kota Sawahlunto, Tatang Sumarna, S.E., dalam wawancara di ruang kerjanya pada Rabu (8/1).
Tatang mengungkapkan bahwa pihaknya telah meninjau potensi pengembangan sabut kelapa di Desa Kumbayau, Kecamatan Talawi, Sawahlunto. “Potensinya sangat besar karena di sana terdapat kebun kelapa milik warga seluas 74 hektare dengan sekitar 800 batang pohon kelapa,” ujar Tatang.
Dengan inovasi dan penggunaan mesin perontok sabut kelapa senilai Rp 340 juta, ia memperkirakan pendapatan hingga Rp 5,4 miliar per tahun dapat dicapai. Selain itu, kelapa muda juga dapat diolah dengan mesin khusus seharga Rp 120 juta sehingga semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan dan memiliki peluang pasar yang menjanjikan.
“Kenapa kita berpikir demikian? Karena sebagian besar warga Kumbayau bekerja di sektor pertambangan batu bara. Jika batu bara habis, mereka harus beralih ke pekerjaan lain. Pemanfaatan tanaman kelapa bisa menjadi penopang ekonomi warga di masa depan,” jelas Tatang.
Ia juga mengajak warga Sawahlunto yang memiliki lahan tidur di pedesaan untuk menanam tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti cengkeh, kemiri, dan kapulaga. Menurutnya, permintaan pasar untuk komoditas ini sangat besar, bahkan hingga ke luar negeri.
Dinas Perindagkop yang ia pimpin terus konsisten membantu Industri Kecil dan Menengah (IKM) di daerah ini, terutama usaha makanan seperti rendang, kerupuk, dan produk lainnya. “Kami juga memfasilitasi pengurusan sertifikat halal dan BPOM untuk mendukung para pengusaha lokal,” pungkas Tatang. (Bandi)