Berkunjung ke Ibukota Baru
Khairul Jasmi
wartawan utama
Saya membayangkan uang tunai Rp2 miliar, tapi saya bukan arsitek. Ini lomba yang meminta pekerjaan profesional. Lomba desain ibukota. Siapa mau ikut?
Sebelum ikut, simak ini dulu: Ada hamparan luas, bukit, guguk, lembah kecil, sungai, dataran. Semua hutan. Ingat, ada netizen kreatif memindahkan monas, gedung DPR, Istana, patung-patung di Jakarta, dengan pesawat terbang dan kapal menuju Kalimantan. Ada monas yang berdiri gagah di balik saputan kabut dan kayu-kayu besar hutan Kalimantan. Pekerjaan lucu-lucuan itu, adalah tangkapan awal dari sebuah ide yang dilontarkan Presiden Jokowi.
Ini bagian seriusnya, desain ibukota Republik Indonesia. Diharapkan jadi kota terbaik di dunia, jadi contoh dan membuat bangga rakyat. Pasti sebagian kita yang hidup hari ini, takkan pernah melihat ibukota itu karena tak sanggup ke sana, atau sudah dipanggil Tuhan. Yang manapun, saya sudah ke sana, walau belum ibukota baru itu masih rimba. Jadi jugalah ya ndak.
Saya menyimak paparan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Balikpapan. Menurut dia, suasana ibukota ini, adalah smart city, smart mobility dengan 80 persen orang berjalan maksimum 10 menit menuju transportasi umum. Ia akan dibawa angkutan maksimimum 20 Km ke tempat tujuan, dengan waktu tempuh 30 menit. Sedang 75 persen angkutan umum, berbasis listrik dan bahan bakar ramah lingkungan. Urban Transpor ini, memang ditata sedemikian rupa, meminimalkan, membuat angkutan umum sebagai pilihan utama. Akan ada koridor radial masuk pusat pemerintahan dengan MRT underground, dengan circular line kombinasi underground dan at grade. Aksesibel untuk semua kelompok masyarakat, mendorong orang berjalan kaki dan bersepeda, dengan fasilitas yang people friendly. Akan ada pemisahan antara arus pejalan kaki dan unmotorized vehicle dengan kendaraan. Dibangun simpul transport terintegrasi antar moda transportasi dan tata guna lahan dan transportasi perkotaan diatur dengan intelligent transport system. Dengan demikian adu hebat kendaraan pribadi, bukan di sini tempatnya, tetap sajalah di Jakarta.
Kota impian ini, menyediakan pengisian ulang baterai angkutan umum. Konsepnya seperti ini: pengisian ulang 10 menit untuk 20 km. Kemudian akan ada rangkaian kapasitas penumpang 307 orang pada 3 kereta yang panjangnya 36 m, lebar 2,65 m, adius minimum 15 m, gradien maksimum 10% , berat total 51 ton untuk ketiga kereta, 6 as roda, beban gandar 8-9 ton. Kereta melaju dengan kecepatan maksimum 70 km/jam, kecepatan operasi 60 km/jam, headway minimum 2 menit. Biaya pengadaan sarana Rp33,6 Miliar, biaya pembangunan prasarana Rp 60 Miliar per km.
Angkutan massal ART di ibukota baru ini, memiliki keunggulan,
tepat waktu, ekonomis, radius lebih kecil/fleksibel, biaya lebih murah, ramah lingkungan dan masa kontruksi singkat
Sayembara Menteri PU