Ucapan-ucapan bernada menghina dan merendahkan itu akan direkam dalam pita memori anak. Meski dampaknya tidak terjadi secara langsung, namun melalui proses. Semakin lama, maka akan bertambah berat dan membuat anak memiliki citra negatif.
Kekerasan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun psikologis. Verbal abuse biasanya tidak berdampak secara fisik kepada anak, tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan. Anak yang sering mengalami kekerasan verbal di kemudian hari akan hilang rasa percaya dirinya. Bahkan hingga memicu kemarahannya, merencanakan untuk melakukan aksi balas dendam dan berpengaruh terhadap caranya bergaul.
Akibat dari verbal abuse dapat membentuk kepribadian seorang anak menjadi orang yang sering membolos, mencuri, bohong, bergaul dengan anak-anak nakal. Verbal Abuse juga berdampak pada psikologis anak. Verbal abuse menyebabkan gejala yang tidak spesifik.
Kekerasan akan menyebabkan anak menjadi generasi yang lemah, seperti agresif, apatis, pemarah, menarik diri, kecemasan berat, gangguan tidur, ketakutan yang berlebihan, kehilangan harga diri dan depresi. Bahkan dampak lebih jauh dari kekerasan yang dilakukan orang tua pada anaknya adalah memperpanjang lingkungan kekerasan. Anak yang mengalami tindakan kekerasan, selanjutnya akan cenderung menjadi pelaku tindakan kekerasan terhadap orang lain.Bahkan anak tersebut dapat menjadi anak yang berkepribadian sociopath atau antisocial personality disosder, menciptakan lingkaran setan dalam keluarga, bahkan bunuh diri.
Fenomena ini akhirnya menjadi suatu mata rantai yang tidak terputus, dimana setiap generasi akan memperlakukan hal yang sama untuk merespon kondisi situasional yang menekannya, hingga pola perilaku yang diwariskan ini menjadi budaya kekerasan. Jadi, bila pola asuh yang ada saat ini masih tetap membudayakan kekerasan, boleh jadi 20-30 tahun kedepan masyarakat kita akan lebih buruk lagi dari apa yang disaksikan saat ini.
Verbal abuse lebih berbahaya dari kekerasan fisik karena verbal abuse menyerang emosional dan mental pada anak. Verbal abuse atau kekerasan secara verbal bisa berdampak lebih besar daripada kekerasan secara fisik. Sakit secara fisik bisa diobati tapi sakit seperti depresi sangat sulit untuk diobati, karena meninggalkan trauma yang mendalam. Oleh sebab itu biasanya tingkat bunuh diri paling banyak berasal dari orang yang terkena sakit mental. Banyak orang yang memilih untuk menyakiti dirinya sendiri karena mereka dianggap tidak dihargai dan direndahkan oleh orang lain.
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam keluarga. Tanpa komunikasi yang baik antar anggota keluarga, bisa saja menimbulkan suatu kesalahpahaman. Kemampuan komunikasi yang efektif, mungkin akan terjebak dalam adu konflik yang tak kunjung usai diantara orang tua dan anak. Oleh sebab itu sangat penting di dalam keluarga terjalin adanya komunikasi yang efektif agar anak mampu menceritakan segala permasalahan yang dihadapinya.
Kualitas komunikasi harus disertai dengan komunikasi yang efektif yakni apabila terjadi perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikan. Sehingga keluarga yang memiliki komunikasi yang efektif diantara anggota keluarga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi perkembangan anak, baik dalam mengemukakan pendapat maupun penolakan terhadap orang lain secara baik dan benar.
Komunikasi yang efektif dalam keluarga dapat terjalin antara orang tua dan anak sehingga memberikan dampak positif bagi hubungan antara orang tua dan anak; karena adanya keterbukaan dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Apabila komunikasi yang efektif sudah terbentuk dalam keluarga maka semua yang dirasakan atau yang ingin disampaikan oleh anak akan tersalurkan. Pada akhirnya dengan terciptanya komunikasi yang efektif dalam keluarga kecenderungan perilaku negatif akan cenderung dapat dicegah.
Penulis : Mulya Sabrina
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas