“Saya berusaha tetap semangat dan sehat. Yakni dengan berolahraga rutin dari Youtube dan ikut sesi olahraga online via zoom. Hal yang mustahil rasanya saya lakukan sebelum kena Covid-19. Sampai hari ini saya masih menjalani aktivitas tersebut, karena membuat badan jadi bugar,” ucap Ria yang sebelumnya belum rutin melakukan aktivitas olahraga.
Memang, katanya, dibalik musibah ada hikmahnya. “Selama isolasi mandiri 12 hari, saya banyak refleksi. Diantaranya soal pentingnya modal sosial dalam merespon ada di sekitar kita kena positif,” ucap Ria yang cukup beruntung didukung dan di-support dari keluarga, tetangga dan teman-teman dari beberapa organisasinya.
Ya, sejak suami dinyatakan positif Covid-19, Ria selalu menginformasikannya ke media sosial.
“Jadi sejak awal terkonfirmasi, saya meminta doa dari semua, dukungan pun terus mengalir kepada kami,” jelas Ria yang menegaskan kalau Covid-19 bukanlah aib dan dosa.
Sebab, faktor paling besar mempengaruhi memang psikologis, terutama bukan hanya pasien sendiri tetapi juga keluarganya. “Saya beruntung hanya menerima komentar negatif awal-awal saat mengumumkan suami terkonfirmasi. Semua bisa terabaikan karena ada begitu banyak limpahan semangat, doa dan cinta serta dukungan tiada henti dari saudara dan sahabat di berbagai tempat bahkan penjuru dunia,” ceritanya.
Diakuinya, ada yang tidak seberuntung dirinya. Seperti kurangnya dukungan dan stigma dari sekitar. Yang seolah menderita Covid-19 adalah kesalahan pribadi. Kemudian dihakimi karena seolah tidak taat protokol kesehatan atau dijauhi karena takut berlebihan dari sekitar. “Padahal tidak ada satupun orang yang ingin terkena Covid-19,” jelas Ria.
Ia menyarankan, kalau mereka yang sudah dinyatakan positif, tidak usah malu mengumumkan ke publik. “Itu kan bagian dari tanggung jawab moral kita membantu memutus mata rantai nya di tengah masyarakat,” ucap Ria yang sedari awal memutuskan menginformasikan positifnya suami di sosial media.
Sebab, ia sampai sekarang tidak mengetahui suami terkena dimana atau dari kontak erat dengan siapa. Sehingga akan sangat sulit menelusurinya.
“Kasihan kalau ada yang sempat kontak ama suami tapi kemudian kena atau misal cuma orang tanpa gejala, tentu dia ada peluang menularkan ke yang lain. Apalagi kalau yg ditularkan nanti mereka yang punya komorbid,” ucap Ria bersyukur bisa sembuh dari Covid-19.
Ria punya banyak mengambil hikmah dari kejadian yang menimpanya. “Ada banyak pembelajaran dari pengalaman ini. Untuk diri saya sendiri, tentang self love dimana saya lebih banyak memenuhi kebutuhan diri saya sendiri selama isolasi. Kesehatan fisik dan mental adalah kunci. Begitu juga Bariq, putra kami. Ia semakin mandiri dan pintar menghadapi persoalan ini,” katanya terharu melihat tumbuh kembang anak semata wayangnya.
Ria pun bahagia, karena ilmu yang dipelajarinya ikut dalam komunitas parenting benar-benar manjur bermanfaat mengatasi segala kendala selama berpisah dengan anak. “Jadi saya praktikkan langsung,” katanya.
Di akhir perbincangan, Ria menegarkan kalau Covid-19 bukan hoax, bukan teori konspirasi juga. Jadi jangan abai, masih banyak di jalanan tidak pakai masker dan kumpul-kumpul di kafe atau makan-makan sehingga abai dengan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, pakai masker dan mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer. (***)