PASAMAN BARAT – Indra Saputra, warga Jorong Kampung Cubadak, Nagari Lingkuang Aua Barat, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), mengungkapkan tantangan besar yang dihadapinya dalam mengelola layanan BRILink. Meski telah dua tahun aktif dalam jasa penarikan dan transfer uang melalui BRILink, Indra mengakui keterbatasan modal menjadi kendala utama yang membuatnya hanya bisa melayani transaksi di bawah Rp 5 juta.
Dalam aktivitas sehari-hari, Indra melayani sekitar 50 nasabah untuk melakukan transaksi transfer dan penarikan. Namun, keterbatasan modal juga membatasi keuntungan yang bisa ia peroleh dari layanan tersebut.
“Transaksi cukup banyak, namun keterbatasan saldo membuat kami harus membatasi layanan kami,” tambahnya.
Selain itu, Indra juga menyebut untuk transaksi di bawah Rp 5 juta, ia mendapat bantuan dari agen BRILink lainnya. Namun, bantuan tersebut biasanya belum mencukupi.
Indra Saputra menjelaskan, keterbatasan modal membuatnya belum bisa melayani transaksi di atas Rp 5 juta, meskipun permintaan untuk transfer yang besar seringkali datang dari perusahaan-perusahaan yang membutuhkan layanan tersebut.
“Kami terkendala kendala modal. Banyak perusahaan sebenarnya ingin menggunakan layanan kami untuk transfer karena keterbatasan saldo,” ungkap Indra.
Keterbatasan modal yang dihadapi Indra Saputra mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh sebagian kecil agen BRILink di daerah terpencil. Hal ini menunjukkan pentingnya dukungan dalam bentuk modal dan bantuan teknis bagi para agen yang ingin menyediakan layanan keuangan di wilayah pedesaan dan terpencil. (r)