Di samping itu, potensi EBT sangat besar tersedia di Negara ini. Bahkan, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan pada Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu menyebut, EBT adalah ‘the next big thing’ yang akan menjadi tulang punggung energi di masa depan. Hal itu karena EBT menggunakan bahan baku yang ada di negara sendiri dan bukan impor. Pemanfaatannya pun bisa mengurangi defisit neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Saat berbicara pada diskusi tentang renewable energy akhir tahun 2019, Jisman mengatakan, pemerintah menargetkan bauran EBT pada energi Indonesia mencapai 23 persen di tahun 2025 dan 31 persen tahun 2050. Sementara, posisi saat ini baru 9,15 persen. Dari target itu, PLT EBT ditargetkan memberikan porsi bauran sebesar 13 sampai 15 persen pada 2025, PLT Bioenergi sebesar 2 sampai 5 persen dan BBN (biodiesel) sebesar 2 sampai 3 persen.
Salah satu potensi besar EBT yang dimiliki Indonesia adalah bioenergi. Selain lengkap dari sisi sumber daya, bioenergi juga tidak hanya bisa sebagai listrik, tetapi juga sebagai bahan bakar. Potensi bioenergi di Indonesia mencapai 442 GW, namun pemanfaatannya baru 99,4 GW atau sekitar 2 persen.
Di antara EBT yang sudah mulai massif dikembangkan adalah biogas dan biomassa. Yang menarik, biogas dan biomassa dapat diolah dari sampah, limbah dan bahan lain.
Biogas merupakan teknologi pembentukan energi yang memanfaatkan limbah, seperti limbah pertanian, peternakan, dan limbah manusia. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) ditargetkan mencapai kapasitas 5,5 GW pada tahun 2025, namun realisasinya baru sekitar 1,33 persen. Selain menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara dan tanah.
Sedangkan biomassa dapat bersumber dari sampah dan pelet biomassa dari tanaman energi. Potensi biomassa untuk listrik dapat bersumber dari kelapa sawit, tebu, karet, kelapa, sekam padi, jagung, singkong, kayu, limbah ternak dan sampah kota, dengan total potensi di seluruh wilayah Indonesia sebesar 31.654 Mwe. Sekam padi merupakan limbah biomassa yang paling besar menghasilkan potensi listrik.
Seperti halnya biogas, potensi energi terbarukan dari biomassa juga sangat besar tapi belum banyak dimanfaatkan. Yang sudah dimanfaatkan baru 0,64 persen dari seluruh potensi yang ada. Potensi biomassa juga didukung oleh Indonesia sebagai negara agraris yang dipastikan bisa memasok bahan baku dari limbah pertanian, perkebunan dan peternakan.
Energi biomassa merupakan energi yang ramah lingkungan. Gas CO2 yang dihasilkan dari pembakarannya meskipun bersifat gas rumah kaca tetapi tidak akan menyebabkan pemanasan global, karena akan diserap kembali oleh tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis guna membentuk senyawa carbon dan hydrogen dalam tanaman.
Selain program pemerintah melalui kementerian terkait, pemanfaatan bioenergi sebenarnya bisa dilakukan dengan mendorong pihak swasta (industri) untuk memberlakukan ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular adalah model bisnis dengan konsep keberlanjutan, menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin dan memanfaatkan sampah atau limbah hingga tak ada sampah dan limbah yang tersisa. Sampah dan limbah yang tersisa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi internal dari biogas atau biomassa untuk dicampur dengan batu bara.
Perkebunan kelapa sawit dapat didorong untuk menggunakan limbah agro industrinya untuk pembangkit listrik. Begitu juga industri-industri di bidang pertanian dan peternakan dapat didorong mengembangkan pellet biomassa yang bersumber dari sampah dan limbah biomassa untuk energi.
Komitmen Pemerintah Kurangi Emisi