PADANG-PT Pertamina (Persero) tengah gencar menggulirkan program program Satu Desa Satu Pangkalan. Lewat program itu, mempermudah masyarakat mendapatkan elpiji dengan harga sesuai harga eceran tertinggi (HET).
“Penambahan pangkalan melalui program Satu Desa Satu Pangkalan memang sedang gencar digulirkan Pertamina. Program ini bertujuan untuk memperluas ketersediaan, kemudahan akses, dan keterjangkauan elpiji ke masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah pelosok yang sebelumnya tidak memiliki pangkalan resmi,” ujar Pjs. Unit Manager Comm Rel & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I, Nurhidayanto.
Selama ini, lanjutnya, kehadiran pengecer mengakibatkan elpiji 3 Kg dijual di atas HET. Selain itu, kehadiran pengecer ini juga mendorong pasokan elpiji di pangkalan lekas habis.
Umumnya mereka membeli berpindah dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Melalui program satu desa satu pangkalan, masyarakat lebih mudah menjangkau pangkalan dan diharapkan dapat mengurangi pengecer.
“Untuk Sumatera Barat, program satu desa satu pangkalan kini sudah hadir 100 persen di seluruh nagari. Sebanyak 3.369 pangkalan dan 107 agen elpiji 3kg hadir di 18 kota/kabupaten, 169 kecamatan, dan 1.116 nagari atau desa di Sumbar,” kata Nurhidayanto.
Program satu desa satu pangkalan juga bekerjasama dengan nagari, seperti di Kabupaten Sijunjung, pangkalan elpiji 3 Kg subsidi bekerjasama dengan BUMNag ataupun Bumdes, sehingga program ini juga menjadi penyumbang ekonomi bagi nagari.
“Kami sampaikan, penambahan pangkalan tidak berarti alokasi kuotanya juga bertambah. Karena kuota kan sudah ditetapkan pemerintah, tidak berubah. Contohnya sebelum adanya program ini, di Kota Solok terdapat 47 pangkalan dengan rata-rata alokasi 977 tabung per pangkalan. Setelah adanya program ini, jumlah pangkalan di Kota Solok menjadi 59 pangkalan dengan rata-rata alokasi jadi 778 tabung per pangkalan,” tutur Nurhidayanto.
Untuk 2020, sisa kuota elpiji 3 Kg hingga akhir tahun adalah sebanyak lebih dari 6,5 juta tabung. Sisa tabung ini harus dijaga agar mencukupi hingga akhir tahun.
Berdasarkan catatan Pertamina, sepanjang Juli hingga September 2020 penyaluran elpiji 3 Kg subsidi di Sumbar sudah mencapai lebih dari 9,5 juta tabung. Sementara elpiji non subsidi seperti Bright Gas, sebanyak lebih dari satu juta tabung.
Untuk menghindari tabung elpiji bersubsidi dijual kembali oleh pengecer, Pertamina menetapkan satu kepala keluarga hanya boleh membeli satu tabung elpiji bersubsidi.
Sementara itu, Eli Mawarni, warga Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat merasa sangat gembira dengan kehadiran pangkalan elpiji di nagarinya. Dia kini tak perlu lagi jauh-jauh membeli gas untuk keperluannya memasak.
“Terima kasih kepada Pertamina, karena sekarang saya tidak perlu jauh-jauh lagi beli gas untuk keperluan saya,” ungkapnya.
Kehadiran pangkalan elpiji baru di wilayahnya menurutnya sangat bermanfaat. Sebelumnya, ia mesti menempuh perjalanan jauh untuk memperoleh elpiji bersubsidi.
Ungkapan yang sama juga disampaikan warga lainnya, Darussalam. Katanya, dulu mesti merogoh kocek lebih dalam untuk membeli elpiji bersubsidi di pengecer, karena elpiji di pengecer dijual di atas harga eceran tertinggi (HET). Kini, ia bisa mendapat elpiji sesuai HET dengan hadirnya pangkalan baru di Kecamatan Tanjung Gadang. (008)