Antara percaya dan tidak, Dwi Widati mencari tahu kembali tentang program JKN-KIS di mesin pencari google. Di sana dia menemukan detail dan manfaat dari program JKN-KIS.
Tanpa piker panjang Dwi mendaftarkan suami, dirinya dan anak-anaknya sebagai peserta JKN-KIS kelas satu, dengan iuran Rp60 ribu per orang per bulan ketika itu.
“Setelah terdaftar sebagai peserta JK-KIS beban saya terasa begitu ringan. Saya tak perlu pusing kemana mencari uang untuk cuci darah dua kali seminggu,” kenang Jasril lagi.
TAK DIBEDAKAN
Selama menjadi peserta JKN-KIS Jasril merasa tak dibedakan dengan layanan saat menjadi pasien dengan status umum. Itu dia rasakan ketika menjalani pengobatan di RSUP M. Djamil Padang. Saat menjalani proses transplantasi ginjal, semua berjalan dengan baik.
Para dokter memberi layanan maksimal hingga proses cangkok ginjal yang dilakukan tim dokter RSUP M. Djamil Padang berjalan sesuai rencana.
“Tak ada beda pelayanan ketika saya tercatat sebagai peserta umum. Yang membedakan dari biaya saja. Kalau umum langsung uang tunai. Jutaan uang tunai melayang tiap hari. Kalau peserta JKN-KIS cukup dengan rutin membayar iuran tiap bulan,” tutur Jasril.
Menurutnya, jumlah iuran yang dikeluarkan sangat kecil dibanding biaya yang harus dikeluarkan ketika sebagai pasien umum dulu. “JKN-KIS benar-benar membantu saya dan keluarga,” ucapkanya dengan rasa syukur.
Direktur RSUP M. Djamil Padang, dr Yusirwan Yusuf mengatakan hampir 90 persen pasien ginjal dan pasien dengan sakit berat lainnya adalah peserta JKN-KIS..
Tak hanya pasien cangkok jantung, namun pasien dengan sakit berat lain seperti jantung, kanker, diabtes dan lainnya adalah peserta JKN-KIS.
Rata-rata dalam sehari, hampir 1000 pasien rawata jalan datang berobat di RSUP M. Djamil. Kepala Cabang BPJS Kesehatan Padang, Yessy Rahimi pun memaparkan rata-rata pasien dengan status penyakit berat di wilayah kerjanya adalah penerima manfaat seperti Jasril, yang pernah mengalami keterpurukan akibat tingginya biaya berobat ketika menjadi pasien umum.