Sentak Ilau, Nyanyian Batin Penguasa Hutan Pesisir Selatan

Lantunan sholawat nabi menikam ulu hati sang penguasa hutan saat memasuki perkampungan warga di Pesisir Selatan.

Tubuh Inyiak Balang itu bergetar, langkahnya tertatih ketika ritual pengusiran harimau untuk kembali ke habitatnya digelar. Hewan buas itu sudah meresahkan warga.

Dibarisan paling depan, lima orang pandai membaca kajian diiringi alunan tabuah. Harimau itu harus diusir, dia tamu tak diundang. Kalaupun diundang, perbuatan yang sia sia.

Dikejauhan, warga pucat basi, takut dicakar dan dicabik nyawanya. Mereka berdoa meminta kepada yang satu. Jangan sampai harimau itu terluka apalagi mengamuk, sia-sia benar.

Begitulah adegan yang diperagakan Sanggar Nan Gombang, saat menampilkan kesenian Sentak Ilau, dalam Pertunjukan Seni Kreatif di Gelanggang Palito Nyalo, Pauh, Kota Padang, Kamis (21/11) malam.

Malam kian kelam, sekelam kerbau hitam tengah malam. Langkah pandeka tak surut di bawah rintik hujan. Mereka memainkan adegan Sentak Ilau kontemporer dengan apik, membius penonton.

Liuk jemari penari membuai syahdunya malam, dibawah rintik hujan. Diluar lapanganan penonton tepuk tangan.

Lima penari berlari memutar diatas panggung. Menyerentak merangkul pasangan masing-masing. Yang satu lagi duduk bersila sambil membaca mantra.

Penari yang berpasangan kadang naik diatas punggung dengan pasangannya, kadang turun.

Penari perempuan menggambarkan resahan hati harimau saat diusir dari santapannya di perkampungan. Diusir tapi tak dilukai, namun harus kembali kehabitat. Penari laki laki diibaratkan dukun yang mengusir binatang buas tersebut.

Menurut pendiri sanggar Nan Gombang, Hosrizal Yaman, Sintak Ilau merupakan kejadian nyata yang dialami warga Pesisir Selatan.

“Sentak Ilau adalah sebuah ritual yang dilakukan warga Pesisir Selatan untuk mengusir atau menangkap harimau yang masuk ke perkampungan. Diusir tapi tak dilukai,” kata dia.