Diceritakannya, untuk biaya operasi jantung uang harus dikeluarkan sebesar Rp200 juta. Dia akui jumlah sebesar itu tak sanggup dibayarnya hanya untuk biaya pengobatan jantungnya. Namun statusnya sebagai peserta JKN KIS telah menyelamatkan dia dari beban biaya besar tersebut.
“Saya merasa sangat tertolong dengan program ini. Sebab ada yang bergotong-royong menolong saya karena iuran itu dananya terkumpul, dan sekarang saya juga musti menolong orang. Kita akan merasa malu jika tidak bayar sebelum tanggal 10, karena ada orang lain yang sakit. Sehingga saya berkomitmen akan membayar tepat waktu,” janji Khairul.
Saat ini Khairul dan keluarga intinya telah kembali ke Depok, tempatnya merantau menjalani hari-hari sebagai arsitek freelance. Setelah terdaftar sebagai peserta JKN KIS, tak ada rasa was-was dalam dirinya ketika sewaktu-waktu sakit menyerang. Sebab dia, istri dan anak-anaknya sudah terdaftar sebagai peserta JKN KIS. Ketika sakit mereka tinggal menyodorkan kartu hebat dari pemerintah tersebut, yang kini menjadi kartu berharga di antara sekian banyak kartu pengisi dompet. (yunisma)