PADANG – Masyarakat Katolik di Kota Padang kembali menyuarakan aspirasi mereka yang telah lama tertunda dalam sebuah pertemuan dengan Calon Walikota Padang, Fadly Amran. Dalam pertemuan yang diadakan pada Senin (19/8) ini, berbagai isu penting yang menyangkut kehidupan spiritual dan sosial komunitas Katolik dibahas dengan serius.
Salah satu topik utama yang menjadi sorotan adalah gangguan akses peribadatan akibat pelaksanaan Car Free Day.
Frans, salah satu perwakilan masyarakat, mengungkapkan keprihatinannya bahwa agenda Car Free Day yang diadakan secara rutin telah mengganggu akses umat Katolik menuju gereja, terutama pada hari-hari besar keagamaan.
“Ini bukan hanya tentang transportasi, tetapi tentang hak dasar untuk menjalankan ibadah dengan tenang dan tanpa hambatan,” tegas Frans.
Pernyataan ini menyoroti perlunya solusi konkret dari pemerintah untuk memastikan aksesibilitas yang adil bagi semua kelompok masyarakat tanpa mengganggu hak-hak mereka.
Selain itu, Mewa, seorang tokoh masyarakat lainnya, menyuarakan keluhan terkait perizinan pendirian rumah ibadah yang dirasa terlalu rumit dan memberatkan.
Menurutnya, pemenuhan kebutuhan spiritual tidak boleh terhambat oleh birokrasi yang berbelit.
“Rumah ibadah adalah pusat spiritual bagi umat, dan seharusnya proses perizinannya menjadi lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat,” kata Mewa.
Kebutuhan akan guru agama Katolik juga menjadi isu mendesak yang diangkat dalam pertemuan ini.
Kekurangan tenaga pendidik di bidang agama Katolik dirasakan sangat memprihatinkan, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki murid-murid Katolik.
Perwakilan komunitas meminta peningkatan dukungan dari pemerintah kota dalam menyediakan tenaga pengajar yang memadai.
“Pendidikan agama adalah fondasi bagi generasi muda kita. Tanpa guru yang memadai, kualitas pendidikan agama akan sangat terganggu,” ujar salah satu peserta.