Tidak hanya masalah spiritual, tetapi juga isu sosial dan infrastruktur turut dibahas. Ibu Titi, seorang warga yang aktif menyuarakan isu-isu sosial, mengungkapkan kekhawatiran tentang tingginya kasus stunting di pinggiran kota yang hingga saat ini belum tertangani secara serius.
Ia juga menyoroti masalah pemeliharaan Pantai Padang yang dianggap kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
“Stunting adalah masalah yang bisa berdampak jangka panjang pada generasi mendatang. Ini bukan hanya tentang gizi, tapi juga tentang masa depan kota ini,” ungkap Ibu Titi.
Menanggapi semua aspirasi tersebut, Fadly Amran berpasangan dengan Maigus Nasir, yang mencalonkan diri sebagai Walikota dan Wakil Walikota Padang, memberikan tanggapannya.
Ia menegaskan komitmennya untuk memperhatikan setiap aspek yang disampaikan oleh komunitas Katolik tersebut.
“Jika memang ada masalah dalam perizinan, kita harus mencari solusi yang adil dan cepat,” ujar Fadly Amran.
Lebih lanjut, ia juga menyatakan akan memastikan keadilan di tingkat RW/RT dalam mendistribusikan guru agama Katolik dan berjanji akan segera menambah jumlah tenaga pendidik yang diperlukan.
“Pendidikan adalah pilar penting untuk membangun masyarakat yang berkarakter,” tegasnya.
Tidak ketinggalan, Fadly Amran juga menyampaikan komitmennya untuk menangani masalah sosial dan infrastruktur, termasuk stunting dan pemeliharaan Pantai Padang.
“Pantai Padang adalah ikon kota ini, dan kita harus memastikan bahwa ia terjaga dengan baik untuk generasi mendatang,” kata Fadly.
Ia menekankan pentingnya kebijakan kota yang inklusif dan responsif terhadap semua kebutuhan masyarakat, termasuk masyarakat Katolik.
Dengan janji perubahan yang disampaikan oleh Fadly Amran, masyarakat Katolik Kota Padang kini menaruh harapan besar pada pemimpin yang mampu menjawab kebutuhan mereka.
Aspirasi yang telah disuarakan dengan lantang diharapkan tidak hanya menjadi catatan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menciptakan Kota Padang yang lebih inklusif, adil, dan sejahtera bagi semua. (*)