Konsultan Bank Indonesia (BI) Rusheriadi Abbas menyarankan agar STEI Ar Risalah memiliki inkubator bisnis. Inkubator yang dimaksud adalah di samping ada unit usaha untuk magang, tetapi juga ada inkubator bisnis tempat mahasiswa memecahkan masalah yang didapat di lapangan dan mencari solusi atas persoalan yang mereka dapati saat di lapangan.
Selanjutnya, Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) UIN Imam Bonjol Padang, Ahmad Wira mengapresiasi nilai plus yang dibangun oleh STEI Ar Rsialah sudah mencerminkan perbedaan dengan lulusan Ekonomi Syariah UIN Imam Bonjol Padang. Ia mengatakan bahwa sebenarnya inovasi yang dibangun untuk implementasi MBKM bisa lebih cepat terlaksana dikampus swasta.
“Inovasi dapat di prioritaskan misalnya sebuah project di lingkungan sekitar (Koto Tangah). Implementasi MBKM melalui magang dapat dilakukan dengan penawaran kepada mahasiswa untuk turun ke desa yang menjadi project kampung syariah. Karena bagaimanapun juga belajar di luar kampus adalah hak mahasiswa yang boleh diambil atau tidak. Mengabdi ke desa dapat difasilitasi dengan 20 sks yang sifatnya adalah pilihan bagi mahasiswa,”papar Wira.
Ketua Yayasan Waqaf Ar Risalah Arwim dan Ketua Dikti Yayasan Waqaf Ar Risalah Mulyadi Muslim menyambut baik dan siap memberikan dukungan untuk semua kebijakan yang akan diterapkan STEI Ar Risalah. Sehingga nantinya diharapkan lulusan Prodi Ekonomi Syariah STEI Ar Risalah memiliki daya saing dan punya kompetensi enterpreneurship.
“Kita sudah memiliki unit-unit yang mendukung praktik ekonomi syariah bagi mahasiswa seperti, Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan Pengelola Wakaf (BPW), unit usaha, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), dan beberapa koperasi-koperasi syariah yang dikelola oleh unit di yayasan. Silahkan itu dapat dimanfaatkan sebagai labor ekonomi, ”ungkap Arwim.
Pada workshop tersebut juga hadir praktisi Bank Syariah, Jimmy Novrianto Sharma, Sekretaris Kopertais Wilayah VI, Erwin dan Manajer KSPPS Bayu Kurnia. (rel)