“Sejak menseriusi bisnis penjualan rumput, saya sengaja beli alat pemotong rumput. Kalau pakai mesin, rumput yang saya peroleh bisa didapat dalam waktu cepat. Sejak beli BBM pertalite di SPBU dipersulit, saya akali dengan mengambil BBM dari tangki motor saya. Cuma modal beli alat sedot, maka sudah terpenuhi kebutuhan BBM alat potong rumput saya,” ungkapnya.
Ia mengaku sudah capek juga menjelaskan pada petugas SPBU, jika ia hanya rakyat kecil yang butuh BBM bersubsidi. Namun karena petugas juga bermohon pengertian darinya, ia pun mengalah, dan akhirnya membeli alat sedot BBM di toko plastik.
“Jadi supaya BBM ada terus, sebelum pergi kerja mencari rumput dengan becak saya ini, saya isi dulu BBM-nya penuh. Nah kalau butuh BBM untuk mesin rumput, tinggal sedot saja,” ungkapnya.
Sementara Dedi, seorang nelayan juga akhirnya mengalah dan mengambil cara menyedot BBM motor, untuk keperluan BBM mesin tempel miliknya. Setiap hari ia berpesan pada anaknya, untuk mengisi jerigen yang ada di rumah dengan mengosongkan BBM motor di rumah.
“Jadi ketika pulang dari melaut, saya tak perlu memikirkan lagi membeli BBM. Anak saya sudah mengisi jerigen BBM untuk esok hari,” ucapnya.
Tentu tak hanya mereka di atas yang menerapkan cara ini, demi masih bisa mendapatkan BBM subsidi. Bagi rakyat kecil, mungkin tidak akan merugikan Pemerintah, karena memang hak mereka untuk mendapatkan BBM subsidi.
Namun bagaimana dengan mereka yang termasuk orang kaya, dengan BBM bersubsidi yang ia dapatkan dari mengosongkan tangki motor. Mereka tentu tidak berhak mendapatkannya, namun nyatanya mereka memiliki celah untuk memilikinya.
Kebocoran BBM Subsidi
Perihal BBM bersubsidi yang lebih banyak dikonsumsi orang kaya, diakui Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati saat melakukan rapat kerja dengan DPD RI, Kamis (25/8/2022). Dikutip dari cnbcindonesia.com, Sri Mulyani mengakui anggaran subsidi dan kompensasi energi yang mencapai Rp 502,4 triliun dinikmati sebagian besar oleh orang kaya.