Sumbar Barometer Kebebasan Beragama di Indonesia

Namun nyatanya sampai sekarang, masih berdiri teguh dan masih melayani jemaat yang beribadah aman di sana, tanpa ada terdengat di ganggu warga Sumbar saat mereka beribadah atau tidak sedang beribadah. Ini membuktikan, dari sejak zaman Belanda, warga Sumbar sangat toleran sampai sekarang.

Tentu tak hanya gereja saja, di Sumbar juga ada kelenteng yang juga masih berdiri kokoh sampai sekarang. Ada satu kelenteng tua di Sumbar, yaitu Klenteng See Hien Kiong di Kota Padang. Klenteng ini merupakan klenteng pertama dan tertua di Kota Padang.

Klenteng See Hien Kiong terletak di Jalan Klenteng No. 312, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat.
Klenteng ini didirikan pada tahun 1841, merupakan tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa setempat.

Keberadaan kelenteng ini juga wujud toleransi yang tertinggi di Sumbar, karena agama Konghucu sendiri baru diakui sebagai agama resmi di Indonesia pada tahun 2000. Pengakuan ini dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000.

Bahkan saking tolerannya masyarakat Sumbar, warga China tidak diganggu ketika mereka menempati lokasi yang diberi nama Kampung China di daerah Pondok Kota Padang. Sementara di sisi lain, warga Minang pendatang di Kota Padang, tak ada yang mendirikan kampung yang bercirikan daerah masing-masing, sehingga tak terdengar ada nama Kampung Bukittinggi, Kampung Agam, atau lainnya.

Keberadaan Sumbar yang sangat toleran terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan, tentu akan terus diuji dari waktu ke waktu. Sumbar sebagai barometer tempat praktek kebebasan beragama di Indonesia akan terus diusik.

Hebatnya warga Sumbar tidak pernah terpancing, karena ajaran agama Islam sudah jelas menyatakan tidak ada paksaan dalam beragama. Jika Tuhan umat Islam sudah melarang melakukan paksaan, maka bagi yang mematuhi seruan itu, sudah pasti akan menjaga KUB. Lalu bagaimana jika ada yang coba-coba mengusik?

Yakinlah mereka kemungkinan manusia dengan misi tertentu, mencari makan dengan cara mengusik KUB di Sumbar yang aslinya sangat toleran. Orang Sumbar pun tak suka dengan arogansi orang-orang tersebut dan selalu siap bekerja sama dengan pihak berwajib, untuk menjaga KUB tetap harmonis sampai kiamat datang menjelang. (*)