PADANG – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat kembali mengusulkan sejumlah nama untuk menjadi Pahlawan Nasional. Pengusulan tersebut sesuai dengan usulan dari pemerintah kabupaten dan kota.
“Untuk pengusulan itu dari kabupaten dan kota. Nanti kita lanjutkan ke Kementrian Sosial,”sebut Kepala Dinas Sosial Sumbar, Arry Yuswandi, Selasa (8/8/2023).
Dikatakannya, nama terbaru yang diusulkan adalah Buya Syafii Maarif. Sejumlah tahapan sudah dilakukan untuk proses pengusulan tersebut.
Sementara, dua nama yang sudah diusulkan, yakni Khatib Sulaiman dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli. Sebelumnya dua nama ini sudah diusulkan, hanya belum ditetapkan oleh pemerintah pusat.
“Nanti untuk dua nama terakhir kita lengkapi lagi berkasnya. Sekarang belum kita surati Kemensos,”ujarnya.
Diketahui, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli atau yang dikenal dengan Inyiak Canduang adalah seorang ulama Minangkabau yang mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) pada tahun 1928.
Tokoh yang menyebarluaskan gagasan keterpaduan adat Minangkabau dan syariat Islam lewat ungkapan Adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Dia juga berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui gerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda
Sedangkan, Khatib Sulaiman gugur dalam Peristiwa Situjuah pada 15 Januari 1949, bersama 68 pejuang lainnya yang dibantai oleh Belanda. Dia saat itu menjabat sebagai Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah dalam struktur Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara.
Keduanya telah diusulkan oleh sejumlah tokoh dan Pemkab Agam, Sumatra Barat, untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Usulan ini didasarkan pada kontribusinya dalam bidang pendidikan, sosial, keagamaan, dan kebangsaan.
Berkas pengusulan ini telah melewati proses persidangan berkas oleh Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Sumatera Barat. Namun, hingga saat ini belum ada keputusan resmi dari pemerintah pusat mengenai pengangkatan sebagai pahlawan nasional.
Sementara Buya Syafii Maarif telah diusulkan oleh sejumlah tokoh dan lembaga untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Usulan ini didasarkan pada jasa-jasanya yang luar biasa dalam memperjuangkan Islam, Indonesia, dan kemanusiaan.
Beberapa pihak yang mengusulkan Buya Syafii Maarif sebagai pahlawan nasional antara lain adalah Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Pemerintah Kabupaten Sijunjung, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Garda Pemuda Nasdem.
Buya Syafii Maarif lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935. Ia adalah pendiri Maarif Institute, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP). Ia juga dikenal sebagai Bapak Bangsa karena kontribusinya dalam bidang pendidikan, sosial, keagamaan, dan kebangsaan.
Syafii Maarif meninggal dunia pada 27 Mei 2022 di Gamping, Sleman, Yogyakarta. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Yogyakarta. Ia meninggalkan seorang istri bernama Nurchalifah dan empat orang anak. (yos)