PULAU PUNJUNG – Festival Pamalayu yang digagas Pemerintah Kabupaten Dharmasraya memberikan motivasi kepada semua kalangan untuk menelusuri serta menggali sejarah masa lalu tentang bumi ranah cati nan tigo ini.
Sabtu (7/9) niniak mamak, anggota DPRD Sumatera Barat dan beberapa wartawan menelusuri jejak sejarah tempat ditemukannya Arca Amogha Pasa peninggalan masa lalu.
Simpang siur soal informasi sehubungan dengan lokasi pertama ditemukannya Arca Amogha Pasa terkuak sudah.
Rupanya, lokasi Arca Amogha Pasa itu di Jorong Lubuk Bulang, Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung. Masa dahulunya lokasi tersebut akrab disebut Bukik Berhala (Rambahan) Lubuk Bulang.
Di sekitaran lokasi tersebut juga ditemukan berupa dinding beton yang tingginya lebih kurang 6 meter. Namun, kondisi tembok betong tersebut sudah ditutupi tanah, karena memang telah berusia ratusan tahun lalu.
“Beberapa waktu lalu tim Akrelogi Provinsi Sumbar dan Sumatera Utara sudah datang kelokasi ini, guna mempelajari peninggalang sejarah ini,” ungkap salah seorang Ninik Mamak Nagari Gunung Selasih, Suherman (60) didampingi anggota DPRD Sumbar, Syahrul Furqan.
Katanya, di sini juga ditemukan tembok beton dengan tinggi kurang lebih 6 meter serta panjang kiloan meter. “Yang pasti kami mendukung Festival Pamalayu yang dilaksanaan pemerintah. Kami berharap lokasi ini juga menjadi perhatian pemerintah,” katanya.
Sementara itu, Syahrul Furqan yang juga merupakan putra kelahiran Nagari Gunung Selasih menyebutkan. “Dari cerita nenek kita dahulu memang disinilah lokasi ditemukannya Arca Amogha Pasa,” katanya.
Bupati Sutan Riska mengapresiasi keingintahuan masyarakat tentang Festival Pamalayu. Ia juga mengakui banyak peninggalan- peninggalan sejarah kerajaan Dharmasraya yang masih terpendam didalam perut bumi ranah cati nan tigo.
“Nagari Lubuk Bulang tersebut merupakan salah satu lokasi peninggalan sejarah. Ini akan kita ungkap secara perlahan dan bertahap,” pungkasnya. (roni)