PADANG-Sudah 15 hari Sauqi Dilan, (3,5 tahun) yang menderita pembengkakan di kepala dirawat di RSUP M. Djamil Padang. Selama itu tubuh mungilnya masih dibalut selang-selang medis di ruang HCU. Pihak keluarga yang terdiri dari nenek dan tantenya masih dengan setia menunggu bocah berparas elok itu, agar bisa lewat dari masa koma.
“Kemarin-kemarin mata Sauqi tertutup, sekarang sudah mulai terbuka. Tapi dia belum bisa bicara,” kata Kiki, tante Suaqi di M. Djamil Selasa (7/8).
Kiki bercerita, sebelum masuk rumah sakit Sauqi awalnya demam tinggi, dia bahkan sempat kejang. Lalu Kiki bersama keluarganya membawa Sauqi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Sauqi sempat dirawat di RS Adnan WD satu hari namun karena anak kakaknya itu butuh pertolongan yang lebih, maka dirujuk ke M. Djmil Padang.
Sauqi masuk M. Djamil padang 25 Juli 2018 dengan status pasien umum. Namun sebelumnya keluarga Kiki, sudah mengurus kartu JKN KIS, pada 16 Juli 2018. Diluar dugaan mereka, Sauqi sakit menjelang kartu JKN KIS keluar, 14 hari setelah kartu selesai diurus. Kondisi inilah yang membuat keluarga Kiki panik. Mengingat biaya pengobatan Sauqi yang terus membengkak. Lima hari dirawat dengan status pasien umum di M Djamil, biayanya sudah mencapai Rp11 juta.
“Karena status Sauqi umum, kami mencoba menanyakan ke pihak RS, sudah berapa biaya pengobatan selama dirawat. Lalu kami mendapat jawabannya, Rp11 juta. Kami kaget, dari mana kami mendapat uang sebanyak itu, sedangkan kami dari keluarga tidak mampu . Saya hanya staf biasa, suami pun pegawai kontrak. Ibu dan ayah (Nenek dan kakek Sauqi-red) tidak bekerja, sedangkan ayah Sauqi hanya petani biasa. Kalau ibu Sauqi sudah meninggal dunia ketika Sauqi berusia 18 bulan,” terang Kiki bercerita.
Atas kondisi itu lah dia berusaha supaya kartu JKN KIS Sauqi bisa berlaku sebelum kartu keluar sesuai ketentuan BPJS Kesehatan. Namun karena aturan, keinginan keluarga Kiki tidak bisa dipenuhi. Tak tahu kemana harus mengadu, Kiki lalu curhat di media sosial hingga menjadi viral. Lalu media massa pun memberitakan dan bantuan untuk Sauqi pun mengalir dari berbagai kalangan, baik di dalam hingga ke luar negeri. Bantuan ada yang langsung diberikan tunai dan banyak pula yang dikirim lewat rekening.
“Saya benar-benar tidak tahu harus mengadu kemana. Makanya saya curhat di FB dan alhamdulillah banyak yang sayang sama Sauqi. Dalam hal ini, saya tidak ada bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin Sauqi sembuh seperti sedia kala. Tolong doakan Sauqi,” katanya.
Terkait pelayanan selama di M. Djamil diakuinya sama seperti pasien lain. Tak ada yang kurang. Diawal masuk, pihak Humas M. Djamil menawarkan tempat penginapan gratis yang disediakan Dompet Dhuafa. Namun penawaran itu tidak diterima keluarga, karena ibu Kiki menderita Diabetes kering dan tidak memungkinkan jalan kaki jarak jauh. Akhirnya mereka mencari penginapan yang terdekat dari M. Djamil.
“Alhamdulillah selama di M. Djamil kami mendapat layanan yang baik. Sama seperti pasien lain. Tidak ada yang kurang. Malah saya ditemani pegawai Humas Djamil, Pak Wan,” sebut Kiki.
Atas bantuan yang mengalir dari para dermawan, Kiki mewakili keluarga mengucapkan terima kasih. Sebab hanya itu yang dapat dia sampaikan. Tanpa bantuan dari para dermawan mereka benar-benar tak tahu harus mengadu kepada siapa.
“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada media massa yang telah memberitakan kondisi Sauqi, hingga ada respon dari para dermawan yang tak bisa saya sebut satu per satu. Terima kasih juga kepada pihak M. Djamil, baik dokter, perawat hingga petugas humas, yang mengarahkan saya dan membantu saya bertemu media,” sebutnya. Sementara, Direktur RSUP M. Djamil Padang, dr, Yusirwan Yusuf sebelumnya mengatakan, dari awal pihaknya telah memberikan pelayanan terbaik kepada Sauqi. Hingga saat ini kondisi Sauqi masih dalam penanganan intensif. (107)