“Aia tabu minuman, kacang tojin,” sorak pedagang.
Bocah itu kembali bercerita tentang terminal Lintas Andalas 25 tahun. Dahulu, ada terminal untuk bus antar kota dalam provinsi. Itu untuk bus mengangkut penumbang ke seluruh kabupaten kota di Sumatera Barat. Dan tempat bus menuju provinsi lain diluar Sumbar, yakni bus antar kota luar provinsi. Seperti, Jakarta, Bandung, Pekanbaru dan Bengkulu. Masing-masing bus itu, ada agennya. Yakni tempat membeli karcis bus tujuan penumpang.
Geliat perekonomian tampak jelas, sebab di belakang terminal Lintas Andalas ada pusat grosir pakaian, pecah belah, makanan hingga karpet.
Dan dibelakangnya, terdapat Terminal Goan Hoat. Yakni tempat angkutan dalam kota. Terminal khusus mengangkut penumpang dari kecamatan ke kecamatan di Kota Padang.
Masih ingat, ada beraneka warna angkutan disana. Khusus ke Balai Baru angkutannya berwarna merah. Kini sudah berganti menjadi warna hijau. Dan hanya roling di Pasarraya, ngetem di Toko Tokyo. Di terminal pun ramai sekali. Geliat perekonomian pun tampak jelas disana. Kini, terminal itu berdiri SPR.
Dahulu, ada 3 terminal di pusat kota Padang, Terminal bus Lintas Andalas, Terminal oplet (belum disebut angkot) dan terminal Bemo di belakang kantor polisi.
Lalu kian ke sini Padang kian berjarak dengan warga Sumbar. Tak ada lagi terminal.
“Wakom sobok muko Lintas yo. Sudah tak ada. Yang ada mall itupun sepi di luarnya kusut.
(yuni/lenggo/khudri)