PADANG – Usaha Mikro Kecil Menenggah (UMKM) sebagai penopang ekonomi Indonesia di masa-masa sulit, bukanlah satu isapan jempol belaka. Dua kali sudah UMKM membuktikan eksistensinya membuat ekonomi Indonesia bangkit, pertama saat krisis ekonomi 1998 dan sekarang saat pandemi Covid-19 melanda dunia.
Banyak negara yang kolaps, namun Indonesia masih kuat berdiri, berkat UMKM yang terus bergerak dan bertahan. Bedanya dengan krisis ekonomi 1998, UMKM kuat berkat ditopang industri jasa kurir yang menunjukkan eksistensinya sebagai penopang utama roda bisnis UMKM di masa pandemi.
Jika krisis ekonomi 1998 tidak ada ujian larangan keluar rumah, berkumpul-kumpul, masuk kantor, dan lainnya, maka krisis akibat Pandemi Covid-19 hal tersebut menjadi penghalang terbesar. Di sinilah industri kurir, memproklamirkan dirinya sebagai andalan Indonesia di masa Pandemi Covid-19.
Menurut Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Ahmad M. Ramli, saat live streaming Webinar Nasional Kontribusi Pos dan Logistik dalam Mengatasi Pandemi Covid-19, UMKM yang segera pindah penjualan secara online di masa pandemi Covid-19 serta industri pos dan logistik telah menjadi tumpuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ketika memasuki era normal baru (new normal).
“Selama masa PSBB tercatat belanja retail online melonjak hingga 400%, dan diprediksi akan terus berlanjut pada era normal baru nantinya. Hal tersebut menandakan UMKM online serta industri pos dan logistik tetap akan menjadi tumpuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Ia mengatakan, UMKM online tidak dapat dipisahkan dengan industri pos dan logistik, karena setiap terjadi transaksi jual/beli secara daring pasti akan membutuhkan jasa pengiriman. UMKM, market place, pos dan logistik merupakan oksigen dalam era normal baru.
Data di Kementerian Koperasi dan UKM dikutip dari gatra.com mencatat, semasa pandemi telah terjadi kenaikan signifikan penggunaan pasar online oleh UMKM. Dari 64,2 juta UMKM, tercatat ada 16,9 juta yang memaksimalkan pemasaran produknya lewat teknologi digital.
Laporan e-Conomy SEA 2021 yang dirilis Temasek, Google, serta Bain & Company menyebutkan bahwa nilai perdagangan online di Indonesia pada tahun 2021 mencapai USD 53 miliar, atau naik 52 persen dibanding tahun 2020. Data Kementerian Keuangan menunjukkan, transaksi lewat e-commerce pada 2021 meningkat 18,1% dari tahun sebelumnya, menjadi 98,3 juta transaksi dengan total nilai transaksi naik 9,9% menjadi Rp 20,7 triliun.
Sementara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat, jumlah konsumen digital meningkat sebesar 21 juta orang sejak wabah merebak pada awal 2020 lalu. Sebanyak 72 persen di antaranya berasal dari perdesaan. Kondisi ini tentu saja meningkatkan geliat bisnis sektor logistik dan kurir, yang mendadak melonjak naik selama pandemi COVID-19.
Inspektur Jenderal Kemkominfo, Doddy Setiadi, menjelaskan bahwa selama pandemi telah terbentuk ekosistem bisnis online yang terus berkembang. “Kemitraan antara e-commerce dan layanan logistik, terutama di daerah pedesaan telah membuat pasar e-commerce Indonesia terus tumbuh,” kata Doddy.
Sedangkan Data Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mencatat, pertumbuhan bisnis logistik pada 2020 mencapai lebih dari 30 persen. Pertumbuhan sektor ini secara keseluruhan diperkirakan bisa mencapai Rp40 triliun atau lebih setiap tahunnya.
Untung Ada TIKI