Padang  

Tim Pengabdian Masyarakat UNP Beri Edukasi Keuangan Digital Bagi Ibu-ibu di Villa Anggrek

Pelatihan edukasi literasi keuangan dan literasi digital yang diadakan tim pengabdian masyarakat Universitas Negeri Padang (UNP) bagi ibu-ibu Majelis Taklim Asy Syifa Kompleks Villa Anggrek Kel.Balai Gadang, Kec.Koto Tangah Kota Padang, Sabtu (20/7). (ist)

PADANG – Kejahatan finansial melalui media digital semakin marak terjadi. Berbagai modus dilancarkan pelaku penipuan mulai dari undangan dengan aplikasi Apk, penawaran investasi, permintaan bantuan, modus salah transfer dan lain sebagainya. Dari berbagai kasus, paling banyak yang menjadi sasaran penipuan adalah kaum perempuan atau ibu-ibu.

Oleh karena itu, tim pengabdian masyarakat Universitas Negeri Padang (UNP) yang terdiri dari Dr.Muhd Al Hafizh, MA, Yunita Engriani, MM dan Hade Afriansyah, MPd memberikan edukasi literasi keuangan dan literasi digital bagi ibu-ibu Majelis Taklim di Kompleks Villa Anggrek Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sabtu (20/7). Edukasi literasi digital tersebut menghadirkan dosen dan praktisi, Dr.Yenni Hayati, MHum.

Ketua tim, Muhd Al Hafizh mengatakan, sasaran dari kegiatan itu adalah literasi digital melihat fenomena semakin dibutuhkannya perangkat digital dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, bisa dikatakan hampir semua masyarakat dari berbagai tingkatan usia saat ini sudah memegang handphone. Namun sayangnya, tidak semua orang pandai atau memiliki literasi dalam penggunaan perangkat digital.

“Kita umpamakan seperti diet. Artinya, kita tetap makan, tapi ada berbagai pilihan. Seperti seorang yang makan, tapi dipilih atau ada juga orang tua yang tidak makan daging dan sebagainya. Kalau ingin yang sehat, maka pilih makanan yang sehat. Begitu juga dalam penggunaan Hp ini, hari ini siapa yang tidak menggunakan Hp? Tapi, kita pilih penggunaanya apa yang aman untuk kita,” ujarnya.

Terkait literasi keuangan, menurutnya, ibu-ibu pada umumnya sudah pintar dalam mengelola keuangan. Namun di sisi lain, dalam berbagai kajian, ditemukan bahwa ternyata kaum ibu juga yang paling berpotensi menjadi korban penipuan keuangan. Apakah modusnya diiming-imingi keuntungan besar namun harus mentransfer sejumlah uang terlebih dahulu, menekan psikologi korban dengan berpura-pura menginformasikan bahwa anggota keluarganya menjadi korban kecelakaan dan lain sebagainya.

“Karena itu, kita berikan edukasi dari ahlinya sehingga diharapkan tidak ada ibu-ibu di sini yang menjadi korban-korban penipuan uang melalui media digital,” katanya.

Sementara itu, nara sumber, Dr.Yenni Hayati mengatakan, kejahatan finansial melalui media digital sudah semakin beragam. Masyarakat, terutama ibu-ibu, harus lebih jeli memahami berbagai modus yang bisa saja masuk ke smart phone setiap saat. Menurutnya, ada beberapa jenis kejahatan finansial yang sering dilakukan pelaku penipuan melalui teknologi digital. Di antaranya, social engineering, card tapping, phising, dan skimming. Social engineering adalah upaya penipuan dimana pelaku memanipulasi psikologis korban untuk memperoleh informasi pribadi dengan tujuan membobol akun keuangan korban. Contoh konkret adalah penipuan melalui telepon dengan menyamar sebagai call center bank, menawarkan investasi dengan iming-iming keuntungan besar, berpura-pura sebagai teman yang kartunya diretas dan lain sebagainya. Card tapping adalah kejahatan yang dilakukan dengan memasang alat di lubang kartu ATM untuk menjebak kartu nasabah sehingga dapat diambil alih oleh pelaku. Kejahatan ini bisa menyebabkan kerugian finansial yang sangat besar pada korban. Sementara, phishing adalah kondisi dimana pelaku mencoba memancing korban untuk memberikan informasi pribadi melalui situs palsu, file Apk palsu yang dikirim sebagai undangan atau bukti pengiriman dan lain sebagainya. Kemudian, skimming adalah kejahatan yang melibatkan pencurian informasi keuangan pada kartu ATM dengan cara menyalin data pada strip magnetik kartu tersebut. Pelaku seringkali menempelkan alat skimmer pada slot kartu ATM agar dapat menduplikasi kartu nasabah dengan mudah.

Ia memberikan beberapa tips untuk untuk menghindari kejahatan digital banking, yaitu dengan tidak memberitahukan kode akses atau nomor pribadi personal identification number (PIN) kepada orang lain, tidak mencatat dan menyimpan kode akses atau nomor pribadi SMS banking di tempat yang mudah diketahui orang lain, memeriksa transaksi secara teliti sebelum melakukan konfirmasi, memeriksa secara teliti isi notifikasi dan segera kontak ke bank apabila ada transaksi yang mencurigakan. Kemudian, segera melakukan penggantian PIN jika merasa orang lain mengetahui, segera memberitahukan ke cabang bank terdekat bila SIM card GSM hilang atau dicuri atau dipindahtangankan kepada orang lain.

Selain hal-hal di atas, masyarakat perlu berhati-hati dengan aplikasi di internet yang merupakan spam atau malware yang mungkin dapat mencuri data-data pribadi dan menyalahgunakannya di kemudian hari. Upayakan juga tidak melakukan transaksi internet di tempat umum seperti warnet atau tempat wifi gratis karena data kita berpotensi dicuri oleh pihak lain dalam jaringan yang sama.

“Jangan lupa juga untuk melakukan proses log out setelah selesai melakukan transaksi di internet banking. Dan, kalau berganti ponsel, pastikan bahwa semua data sudah terhapus untuk menghindari penyalahgunaan oleh pihak lain yang menggunakan ponsel tersebut,” pesannya.

Yenni juga menjelaskan tentang pentingnya memiliki pengetahuan tentang literasi finansial. Kemampuan literasi finansial dapat membuat seseorang mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, memahami manfaat dan risiko produk dan layanan jasa keuangan, serta terhindar dari aktifitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas. Literasi finansial bermanfaat untuk mengelola simpanan dan investasi, mendukung pertumbuhan finansial, menyusun strategi keuangan yang tepat dan bertanggung jawab atas keuangan. Tanpa literasi finansial, seseorang berpotensi membuat keputusan yang salah tentang cara menabung atau menginvestasi. (rin)