SOLSEL – Pertemuan Musyawarah Kepala Kepala Sekolah (MKKS) Solok Selatan yang digelar dua hari di SMAN 8 Solok Selatan sukses. Acara yang digelar di sekolah paling ujung itu harus ditempuh lebih kurang 60 Km.
Bukan jaraknya saja yang jauh namun untuk sampai ke sekolah yang berada didaerah perkebunan itu harus berjuang menelusuri perbukitan dan hutan. Apalagi jalanya yang belum maksimal ditempuh oleh baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Ironisnya lagi jika hari hujan kondisi jalan itu benar benar membuat jantung berdebar, licin, bertanah tidak ada lampu penerangan, apalagi sinyal handphone.
Dari kegiatan MKKS tersebut, tersisa sebuah kenangan tak terlupakan. Tiga peserta terpisah dari rombongan kepala sekolah yang saat itu pulang satu mobil berputar ke arah Darmasraya. Ssementara tiga peserta ini mengendarai sepeda motor.
Jam menunjukan pukul 16.50 Wib. Perjalanan menelusuri hutan dimulai. Tak lama mereka terjebak di dalam hutan. Karena saat di perjalanan diguyur hujan ,sehingga ketiganya tidak bisa keluar. Ditambah sinyal handphone tidak ada. Mereka terjebak di dalam hutan belantara selama tujuh jam.
Tidak pula dibuat buat perbekalanpun tidak ada satupun yang dibawa,miris lagi ketiganya terpaksa minum dari air yang tergenang dijalanan.
Ketiganya adalah Akmalurijal Putra Kepala SMAN 3 Solok Selatan, Irsyad operator SMAN 3, Masrijal Wakakesiswaan SMAN 7 Solok Selatan.
Seperti ceritanya kepada Singgalang. Mereka bertiga pulang menghadiri MKKS di SMAN 8 mau pulang. Kalau lewat Solok jarak tempuh 5 jam. Lewat Sungai Rumbai jauh lagi 7 jam perjalanan. Jalan satu-satunya lewat hutan dan perbukitan denga sepeda motor. Setiba di tengah perjalan hari hujan. Karena jalan masih tanah liat jadinya ban sepeda motor tidak bisa bergerak.
Dalam kondisi terjebak dalam hutan sinyal hp hilang. Makanan dan minum tidak ada. Daripada menahan haus terpaksa mereka minum air yang tergenang di jalan. “Setelah itu kami coba lagi mendorong sepeda motor bergantian mana tau ada dapat sinyal,” katanya.
Sambil mendorong sepeda motor di jalan tanah berbukit selama 4 jam baru ada sedikit sinyal tapi putus-putus, susah untuk menghubungi teman. Rasa khawatir dan takut bercampur tenaga hampur habis. Lampu penerangan pun tak ada. Lihat kiri kanan, atas bawah tak satupun ada tanda-tanda perkampungan. Semua gelap, hanya lampu Hp yang diandalkan, itup un batrainya sudah hampir habis.
Hitungan detik sinyal handphone bisa didapat. Dengan sigap Masrijal mengirim SMS ke semua teman dan sahabat.
” Kawan kawan mohon bantuan kami terjebak di hutan menuju Abai. Tolong bantu, kondisi kami lemas tak ada bekal untuk dimakan. Sinyalpun hilang,” katanya.