Opini  

Tukang Nasi Goreng Tak Pandai Bikin Nasi Goreng

Roni Aprianto

Roni Aprianto / Wartawan Madya

“Ha,ha,ha,ha,ha, tawa renyah para jurnalis senior, Sawir Pribadi, Widya Navies, Syaiful Hunsen, Dt Rusmel dan sejumlah wartawan lainnya menambah riuhnya suasana santap siang di lantai dua Hotel Santika Kota Padang pada bulan Juli 2024, lalu.

Tawa jurnalis ini dipicu gara- gara Pemimpin Redaksi Surat Kabar Harian Singgalang ( SKH), Khairul Jasmi.

“Ngaku Tukan Nasi Goreng, Tapi Tak Pandai Bikin Nasi Goreng,” kelakar pria yang akrab disapa KJ itu dengan gaya cool nya.

“Bumbu sudah lengkap, tinggal mengaduk aduk saja, itu pun dia tak bisa,” tambah KJ sembari ketawa pula.

Semilir angin bertiup lembut menyapu lantai dua hotel berbintang itu, yang memang sebagian ruangan didesign tanpa dinding, meredakan panasnya cuaca kota Padang. Sejumlah meja berukuran sedang terbuat dari besi lengkap dengan tempat duduk tersusun rapi, penuh oleh para jurnalis yang berasal dari 18 Kabupaten/ Kota se Provinsi Sumatera Barat.

Mereka lahap menyantap menu makan siang yang disediakan pihak manajemen hotel. Di sudut lain, tampak pula segerombolan kulitinta tengah asik mengobrol sembari ketawa- ketiwi. Ada pula yang menghisap cigarettenya dalam- dalam, asapnya mengepul. Kemudian hilang diterpa angin.

Waktu berlalu, lonceng kelas berbunyi. Para kulitinta bergegas memasuki salah satu ruangan berukuran besar yang memang disediakan khusus untuk mereka. Rupanya, selama dua hari, 5 dan 6 Juli puluhan jurnalis ini mengikuti Uji Kompetensi Wartawan ( UKW) yang difasiltasi Dewan Pers. Uji Kompetensi ini
tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi sekaligus professionalitas wartawan. Selain itu, dengan mengikuti UKW wartawan akan memiliki sertifikat UKW pertanda layak menyandang profesi wartawan.

Kompetensi Wartawan juga bermanfaat untuk menempatkan wartawan pada kedudukan strategis dalam industri pers di tanah air. Ada tiga tingkatan dalam UKW, yakni level Muda, Madya dan Utama. Level Muda revorter, level Madya redaktur dan level Utama pemimpin redaksi.

Dalam uji kompetensi ini pasti ada yang dinyatakan tidak kompeten lantaran tidak mengusai ilmu jurnalistik secara konkrit. Rupanya itulah bahasa kiasan yang disampaikan Khairul Jasmi. ” Mengaku Wartawan Tapi Tak Pandai Menulis Berita”.

Khairul Jasmi merupakan salah seorang penguji dalam kegiatan UKW kala itu.

Dikalangan wartawan senior di Singgalang Khairul Jasmi ini akrab dipanggil Press. Kalau saya memanggil dia dengan panggilan Abang. Dia juga seorang penulis. Sudah banyak buku hasil karya tulisnya. Saya pun banyak belajar dari cara dia menulis. Tulisannya gampang dipahami, bahasanya ringan serta mudah dimengerti semua kalangan.

Sampai saat ini saya masih menyimpang salah satu bukunya yang berjudul Minangkabau Dalam Reportase. Isinya kumpulan feature setebal 639 halaman.

Saya pun masih ingat nasihat salah seorang jurnalis kawakan dan budayawan, almarhum Rian Dikincai. “Jika ingin pandai menulis, banyak- banyak membaca, dan jangan pernah menyombongkan diri,” begitu pesannya. ( ***)