Balutan Jepang
Saat menuju ruang rawat saya melewati lorong administrasi dan farmasi. Klop rasanya tebakan saya, bahwa rumah sakit ini bekerjasama dengan konsulat Jepang. Ada beberapa konsultan Jepang yang sedang memberi arahan pada tenaga medis di ruang itu. Dan jika diperhatikan di semua baju tenakes terdapat stiker Jepang di depan baju Hazmat. Tak hanya itu, jika membunyikan bel ke perawat, kalimat awal bunyi sapaan Bahasa Jepang dulu baru tersambung.
Sampai di ruang rawat, saya di datangi dokter. Dan, diberikan pilihan untuk mendapatkan obat dari Jepang. Bukan vaksin bukan pula obat antivirus yang sedang diuji. Kata dokter ini obat yang biasanya digunakan pasien Covid dan memang hasilnya berbeda-beda bagi pasien. Maka kita diberikan pilihan mau atau tidak.
Saya yang menyatakan kesediaan. “Mau dok.” Lalu diberikan obat tersebut 5 atau 8 butir. Obat yang saya tak tahu namanya tapi ada cap Jepang, bercampur dengan obat lainnya. Saya minum obat tiga kali sehari, namun kuantitasnya puluhan butir tiap hari. (bersambung)