Isolasi Mandiri
Pasca melakukan swab seperti yang disarankan kadiskes dan asisten II itu, seluruh keluarga saya yang berjumlah delapan orang melakukan karantina mandiri di rumah, sampai hasil tes swab keluar. Jadi mereka tidak bisa bebas keluar seperti biasa. Mereka harus mengunci diri, dari orang-orang sekitar. Jadi segala kebutuhan mereka, saya yang mengantarkannya. Dan, harus dicukupi. Saya bisa melakukan itu, karena memang tidak tinggal di rumah induk itu. Karena saya tinggal berlain rumah.
Ini seperti pukulan telak bagi kami sekeluarga. Karena tidak pernah terbayangkan akan menjalankan kehidupan seperti itu. Jauh dari orang-orang yang biasa bergaul dengan mereka. Tapi sudahlah, itu memang sudah menjadi jalan tersendiri pula dan sudah diatur sebelumnya. Setiap hari, saya harus mengantar suplai makanan bagi keluarga ini. Sarapan pagi, makan siang dan makan malam mereka, harus diantar. Makanan itu, tidak bisa diterima langsung orangtua saya, tapi harus digantungkan di pagar. Setelah saya pergi, baru mereka mengambil makanan itu dari pagar.
Berderai air mata saya melihat semua itu. Biasanya kita bisa maota dengan orang tua. Sekarang tidak. Biasa kita bisa tertawa dan bergarah dengan orang tua. Sekarang tidak bisa. Jangankan untuk maota, untuk sekadar bicara saja tidak bisa. Begitu benarlah kalau tengah menjalani isolasi itu.
Selama empat hari mereka menunggu kabar, akhirnya hasil swab tes itu keluar juga. Pada Kamis (1/10), hasil mereka keluar. Mereka semua dinyatakan positif. Kecuali satu orang keponakan saya, yang masih berumur 2 tahun, dengan hasil negatif. Sebenarnya saya telah tahu hasilnya, karena sebelumnya sudah dikasih kabar oleh Kadinkes dan asisten II. Jadi ketika orang tua laki-laki saya memberi kabar, saya tidak begitu terkejut. Walau tetap masih stress dengan semua kenyataan itu.
Pada hari yang sama, tidak hanya keluarga orang tua saya saja yang dinyatakan positif di Payakumbuh, tapi ada empat orang lainnya. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Payakumbuh Bakhrizal, bersama Kabid Kesehatan Masyarakat Asma Rini, yang dikonfirmasi di kantornya, mengatakan ada penambahan sembilan kasus baru Covid-19, yang merupakan merupakan klaster keluarga, karena tidak tahu tertular dimana, dan klaster perkantoran.
Kesembilan yang positif itu, adalah perempuan N, 67 tahun, IRT, domisili di Kelurahan Koto Tangah, lelaki AZ, 69 tahun, pensiunan, beralamat di Perum Palans Kelurahan Payolansek, bersama isteri anak dan cucunya. Masing-masing wanita S, 66 tahun, Pensiunan, perempuan WSR, 34 tahun, IRT, lelaki AYA, 22 bulan, perempuan DS, 36 tahun, pegawai BKPSDM Payakumbuh, beralamat di Kelurahan Payolansek, lelaki GC, 36 tahun, staf Bagian Umum Setdakab Limapuluh Kota, beralamat di Kelurahan Payolansek, perempuan AAD, 17 tahun, beralamat di Kelurahan Tanjung Gadang Sungai Pinago, wanita ES, 54 tahun, guru SMAN 2, domisili di Kelurahan Labuh Basilang. Dan dari data Covid-19 per hari itu, adalah suspect 1 orang, kasus konfirmasi 167 orang, sembuh 113 orang, isolasi 46 orang, rawat 7 orang, kontak erat 24 orang, discarded 7.379 orang dan meninggal dunia 1 orang.
Saya tidak habis pikir, dari mana virus Covid-19 itu menulari keluarga orang tua saya. Karena saya tahu betul perjalanan orang tua saya itu. Orang tua laki-laki perjalanannya hanya rumah dan masjid. Orang tua perempuan, di rumah saja. Adik perempuan saya, juga di rumah saja. Sedangkan adik perempuan yang satu lagi, bersama suaminya memang ASN di Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota. Bahkan, orang tua sebagai pensiunan orang kesehatan, sangat tahu dan mengerti betul akan bahaya Covid-19 itu. Untuk menjaga-jaga, sudah cukup rasanya. Apa yang tidak dilakukan. Bahkan sampai memproteksi dari berbagai hal. Semua memang sudah takdir. (bersambung)