Pukul 19.00 WIB seluruh ambulan telah sampai di fasilitas isolasi dan sebelum pulang petugas ambulan berswafoto dengan saya sebagai bukti ke atasan bahwa dia telah selesai menjalankan tugas. Selama itulah petugas ambulance tak sedikitpun melepas APD nya, sudah tentu juga tidak makan dan minum. Sebelum beliau pulang saya ucapkan terima kasih karena telah menemani kami semua.
Baru saja saya menyelesaikan shalat Magrib tiba-tiba petugas surveilans yang dari awal menginformasikan hasil tes menghubungi saya, hanya untuk memastikan saya sudah berada di dalam ruangan. Sebuah proses layanan jarak jauh yang menurut saya luar biasa.
Sekira pukul 20.00 WIB saya diinformasikan sebuah pesan Whatsapp, saya telah dimasukan ke dalam sebuah grup pertemanan dan diikuti dengan serangkaian informasi yang harus diikuti oleh setiap penghuni fasilitas isolasi. Singkat, lengkap dan mudah dipahami.
Jika membutuhkan sesuatu kita cukup berkabar di grup, maka tak berapa lama pintu akan diketuk dan yang kita butuhkan telah tersedia di depan kamar. Layanannya saya kira 24 jam.
Petugas medis juga disiagakan di fasilitas isolasi. Mereka menempati tempat tersendiri.
Setiap pagi merekalah yang memandu kami untuk olahraga dan sesekali bercanda di grup WA.
Begitulah ‘para petugas’ melayani kami dengan sekuat-kuatnya, melalui grup WA ataupun secara individu kami terus diberikan berbagai informasi dan penguatan agar tetap gembira menjalankan proses isolasi.
Melihat seluruh rangkaian yang dilakoni para petugas, layak kiranya semua kita berterima kasih kepada mereka. Sederhana saja saya kira, taatilah seluruh protokol kesehatan agar memastikan anda tidak tertular atau menulari.
Sebagian petugas medis yang berprofesi di bagian yang bersentuhan langsung dengan pasien gawat darurat bahkan harus berhadapan dengan resiko tertular. Tapi tugas berat itu mereka lakukan dengan baik.
Sebagian lagi bahkan harus meninggal dunia karena terinfeksi. Sudah lebih dari 100 orang. Sebuah angka yang tidak sedikit bagi saya.
Logika sehat mana yang bisa menerima tuduhan bahwa Covid-19 adalah sebuah konspirasi, nurani sehat mana yang tega menyebarkan hoax yang membahayakan keselamatan manusia. Tak seharusnya kita kehilangan para petugas medis dengan cara begini. Mereka adalah orang-orang yang semestinya menjadi pertahanan terakhir dari sebuah pandemi.
Mereka seharusnya menjadi garda belakang perjuangan melawan Covid-19 ini dan kita semua lah yang harus menjadi pengawal terdapat peperangan ini.
Tak perlu muluk hanya patuh dengan apa yang sudah diinstruksikan, sekali lagi patuhi protokol kesehatan yang ada. Para petugas ini, mereka adalah manusia-manusia yang juga berjuang demi keluarga, di rumah banyak yang menunggu dan berdoa agar mereka tetap sehat dan selamat menjalankan tugas.
Mari mari kita semua bantu mengabulkan doa itu dengan mematuhi aturan yang ada agar Covid-19 segera terkendali. Jangan sampai kita “kehilangan lagi”. (Bersambung)