Hasil tes keluar, pada 12 September. Fryda mendapat telepon kalau, ia dan keluarga positif Covid-19. “Saya kaget dan shock. Tidak terima juga. Darimana saya terpaparnya. Saya selalu patuhi protokol kesehatan. Namun saya harus terima kenyataan. Saya harus dirujuk ke rumah sakit, karena saya ada riwayat penyakit penyerta,” ucapnya.
Kala itu Fryda sebagai putri tunggal dan istri, harus berfikir cepat. Sebab, kalau dirawat tidak dapat dijenguk seperti layaknya sakit sebelum pandemi ini. “Kami sekeluarga orangnya gampang panikkan. Stres adalah musuh saat kita terkena Covid-19. Saya berhitung dengan kemungkinan yang ada. Banyak yang tidak lolos dari ‘lobang’ corona ini. Saya harus berfikir cepat,” ucapnya.
Akhirnya, Fryda dan suami serta kedua orangtuanya sepakat melakukan isolasi mandiri di rumah. Seraya perkembangannya dipantau tenaga kesehatan. “Keputusan itu membuat saya berfikir lagi. Isolasi mandiri, artinya saya tidak boleh keluar rumah. Sementara stok makanan di rumah menipis. Saya tahu kalau pasien Covid-19, harus mendapatkan asupan makanan bergizi. Saya anak tunggal. Tak punya kakak. Hanya punya suami, ibu dan ayah. Saya buntu.
Entah kenapa, terpikir di benak ini, untuk menelepon kakak Ratih Sanggarwati. Ia adalah big sitter saya. Dengan senang hati kakak saya itu bersama Komunitas Ibu Cerdas Indonesia (KICI) membantu saya mengirimi makanan dan obat-obatan. Sebab, kami yang melakukan isolasi mandiri ini tidak diberikan obat oleh dokter,” ucapnya.
Masalah makanan sudah teratasi. Begitu pula obat-obatan dan vitamin. Malahan ada yang mengiriminya obat alternatif. Namun, beberapa hari masa karantina, Fryda mengalami muntah yang hebat sampai 16 kali hingga pagi. “Asam lambung saya kambuh. Saya harus menahannya hingga pagi,” kata Fryda yang selalu ke IGD kalau mengalami masalah lambung.
Namun, ia sadar tak mungkin. Ini masanya wabah pandemi corona. Paginya ia konsultasi, dengan dokter Rina Adeline. Dokter menyarankan untuk menghentikan obat yang diberikannya.
Pada, 23 September, Fryda sekeluarga memberanikan tes swab. “Alhamdulillah, hasilnya negatif. Saya sangat bersyukur diberikan kesempatan berharga menghadapi Covid-19 dan bisa sembuh,” tutur Fryda yang sangat berterima kasih sudah diberikan minyak kayu putih. Obat sangat membantunya mengatasi sesak nafas selama karantina.
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk patuhi protokol kesehatan. Jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan/hand sanitizer. Ingat Covid-19 itu nyata adanya. (*)