PADANG – Masih segar dalam ingatan kita, gempa bumi di Kab. Pasaman Barat dan Kab. Pasaman pada 28 Februari 2022 yang lalu telah membawa dampak yang luar biasa bagi roda kehidupan dan perekonomian masyarakat setempat. Menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda serta rusaknya lahan perkebunan warga.
Cukup banyak penduduk Kecamatan Malampah yang kehilangan tempat tinggal akibat rumah mereka runtuh. Selama dua minggu, mereka tinggal di tenda-tenda darurat yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun relawan. Pasca keadaan darurat selesai, sebagian besar penduduk tidak bisa kembali ke rumahnya karena kondisi rumah yang rusak berat.
Berangkat dari kondisi itu, untuk meringankan beban para korban gempa, dosen dan tenaga kependidikan Universitas Bung Hatta menggalang dana dan barang keperluan lainnya bagi para korban gempa. Beberapa rangkaian kegiatan pun dilakukan oleh dosen dan tenaga kependidikan Universitas Bung Hatta di Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat.
Satu unit Hunian Sementara (Huntara) diserahkan kepada keluarga Epi Kusnandar, warga Belukar Panjang, Jorong Bukik Lintang, Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman (1/4/22). Epi Kusnandar adalah salah satu warga yang rumahnya rusak berat sehingga tidak dapat ditempati lagi.
“Kepada keluarga tersebut, kami juga memberikan edukasi pembangunan konstruksi yang baik di masa mendatang, terutama tentang rumah ramah dan aman dari bencana gempa,”ujar Dr. Uning Pratimaratri, Dekan Fakultas Hukum dan juga salah satu perwakilan dari Universitas Bung Hatta.
Edukasi juga diberikan kepada keluarga lain yang mengalami kejadian yang sama. Hasil tinjauan ke lapangan, ternyata rumah penduduk yang banyak mengalami rusak berat tersebut disebabkan oleh struktur bangunan yang tidak tepat.
Adapun temuan kondisi struktur bangunan rusak berat, yaitu (1)rumah yang tidak memiliki kolom, tidak memiliki balok, seharusnya setiap pembangunan rumah yang sesuai standar harus ada kolom dan balok. (2) Rumah yang memiliki kolom tetapi jumlah pembesian di kolom tidak mencukupi jumlahnya. (3) Rumah yang memiliki kolom tapi tidak memiliki balok sehingga tidak adanya kekuatan dari rumah tersebut. (4) Pembuatan kolom dan balok disetiap rumah tidak sesuai standar bangunan konstruksi yang berlaku. (5) Ada sebagian dinding rumah terbuat dari batako dan batu kali. (6) Pemasangan kuda-kuda atap tidak mengikat kepada balok sehingga memudahkan kuda – kuda dan atap rubuh. (7) Kondisi lantai rumah rata-rata rusak berat. (8) Jika dilihat sepintas, banyak rumah yang dari luarnya masih baik, ternyata kondisi di dalam rumah sudah parah dan rusak berat. Rumah tersebut sangat riskan untuk ditempati, karena seluruh konstruksi sudah goyah dan rapuh.
“Bentuk sosialisasi yang diberikan oleh Tim PKM ialah penjelasan tentang kondisi rumah masyarakat yang rusak berat, dimana dari luar tampaknya masih bagus, akan tetapi didalamnya telah parah. Masyarakat diberikan edukasi agar menghindari titik-titik yang akan menimbulkan cedera bagi pemilik rumah tersebut,”imbuh Uning.
Penjelasan tentang beberapa kerusakan rumah seperti kolom, balok, dan dinding dalam proses pembuatan terdahulu yang tidak benar juga disampaikan. Untuk yang akan datang, proses rehabilitasi dan pembangunan rumah kembal, masyarakat harus lebih teliti terhadap konstruksi bangunan tersebut.
Di samping edukasi tentang konstruksi rumah, pada kegiatan PKM ini, juga diberikan materi yang ditujukan agar masyarakat setempat termotivasi untuk tidak terlalu berpikir selalu tentang bencana gempa ini. Supaya mereka lebih bersemangat untuk memulai hidup baru lagi.
Kebanyakan dari masyarakat hidup bertani, sedangkan ladang /lahan garapan mereka belum bisa digarap karena tertimpa longsor besar. Masyarakat juga dimotivasi agar kembali memulai perekonomian baru. Masyarakat setempat juga sempat mendapatkan materi tentang trauma healing, terutama kepada anak-anak di lokasi gempa tersebut.
Selanjutnya, Tim PKM memberikan bantuan berupa pembagian kain sarung dan uang tunai untuk warga. Selain itu, juga dibagikan baju dewasa, baju anak-anak, serta baju bayi guna meringankan beban korban bencana.
Dalam menyalurkan bantuan Tim PKM berkoordinasi dengan Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Pasaman. Hal ini dilakukan agar bantuan tepat sasaran dan tidak overlapping dengan bantuan yang disalurkan oleh pihak lain. (*)