Ketika ditanya, apakah maju sebagai calon walikota atau wakil, Winda belum menjawab pasti.
“Nanti, kita lihat dulu pergerakan politik ke depan. Pekan depan, saya sendiri mulai bergerak bersama sejumlah tokoh yang mendambakan perubahan,” ungkap Winda.
Datang dengan kecintaan penuh, Winda Lorita meninggalkan Jakarta dengan segala pencapaian yang dia rengkuh. Winda ingin membayar utang kenangan pada Payakumbuh, kota permai yang selalu ngiang di ruang pikirnya. Uni Winda menapak jalan baru, jalan pengabdian.
Payakumbuh bagi Uni Winda ialah mercusuar hidup. Itu kenapa dia pada akhirnya memilih jalan riuh, menapak jalan politik untuk menunaikan cintanya. Kini jalan telah dirambah, dia siap menghadang segala aral. Jika wanita sudah bersikap, siapa yang berani menghalang? (*)