PADANG – Yusnil (37) salah satu penerima Program Keluarga Harapan (PKH) merasa beruntung setelah mendapatkan bantuan dari pemerintah ini. Selain dapat memanfaatkan untuk menambah kebutuhan sehari-hari, ia juga memanfaatkannya untuk buka usaha kecil-kecilan.
Yusnil adalah salah satu peserta PKH yang tinggal di Kampung Timbulun, Nagari Aurduri Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan-Sumbar. Selain selama ini keterbatasan ekonomi, ia juga seorang janda yang harus menjadi tumpuan empat anaknya untuk bisa bersekolah.
Hari ini sedikit keterbatasan itu telah mulai berobah. Setahun menerima bantuan PKH yang digagas Kemensos melalui instruksi Presiden Jokowi, kini ia telah memiliki kedai kecil, setidaknya bisa menambah penambah pendapatannya sehari-hari.
“Alhamdulillah hasilnya (kedai dari cicilan bantuan PKH), saat ini dapat untuk tambah bali lauk dan menambah biaya anak sekolah sehari-hari,” ungkap Yusnil sembari melihat perkembangan usahanya dan berencana akan terus mengembangkan jika ada modal.
Sebelum menerima PKH, ia mengaku selama ini ekonominya penuh dengan keterbatasan. Selain, hidup menjanda, ia harus menyekolahkan ke empat anaknya, yakni yang saat ini duduk di bangku TK, SD, SMP dan MTsM.
“Kalau tidak ada PKH, saya cukup sulit ngambil upah ke sawah dan ke ladang orang, terkadang tidak cukup. Apalagi, saat tidak musim (sawah dan ladang) tidak ada usaha lain, terpaksa ngutang,”ujarnya.
Ia mengaku, PKH yang diterima saat ini baru berjalan setahun sejak awal 2018 lalu. Lanjut 2019 ini, PKH-nya naik tiga kali lipat dari pemerintah, yakni yang biasanya Rp500.000 naik Rp2.020.500.
“Alhamdulillah naik, jadi sekarang jika lebih untuk kebutuhan dan makan sehari, terus saya cicil untuk menambah isi kedai. Setidaknya, bisa bermanfaat kedepanya walaupun hanya sambilan,” jelasnya.
Tidak panik dengan keterbatasan ekonomi yang dialaminya
ia sangat berterimakasih kepada pemerintah. Sebab, hidup yang penuh kekurangan dari sisi ekonomi, hari sedikit tertutupi dengan bantuan yang diterima.
“Yang belum kami saat ini, KIS (kartu indonesia sehat) dan KIP (kartu indonesia pintar). Tapi, alhamdulillah PKH yang kami terima sangat berterima kasih pada pemerintah hari ini,” ujarnya.
Berkisah kehidupan, hari ini Yusnil tinggal bersama empat orang anaknya menumpang di rumah peninggalan orangtua. Dengan keterbatasan ini, ia berkeinginan untuk membangun rumah sendiri, jika dapat dari pemerintah dirinya sangat bersyukur.
“Salah satu harapan saya, bisa miliki rumah sendiri. Karena, anak saya 3 orang perempuan dan satu laki-laki. Mengingat mereka akan tumbuh dewasa,” tutupnya. (bambang)